search

Berita

SatryoSatryo Brodjonegoromendiktisaintekprofil MendiktisaintekSatryo Brodjonegoro profil

Profil dan Rekam Jejak Satryo Brodjonegoro, Mendiktisaintek yang Disebut Pemarah dan Suka Main Pecat

Penulis: Rafika
4 jam yang lalu | 0 views
Profil dan Rekam Jejak Satryo Brodjonegoro, Mendiktisaintek yang Disebut Pemarah dan Suka Main Pecat
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro. (Ist)

Presisi.co - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, tengah menuai sorotan tajam publik usai didemo oleh pegawainya sendiri pada Senin (20/1/2025).

Puluhan ASN Kemendiktisaintek menggelar aksi protes untuk menyampaikan keluhan atas sifat Satryo yang disebut arogan, pemarah, serta semena-mena memecat pegawainya dan melakukan mutasi. Tak hanya itu, keluarga Satryo juga dianggap terlalu ikut campur dengan urusan kementerian.

Para pegawai yang menggelar demo mengenakan kemeja hitam serta membawa sejumlah spanduk berukuran besar yang bertuliskan kritikan tajam untuk Satryo.

"Institusi negara bukan perusaan pribadi Satryo dan istri," demikian tulisan pada spanduk tersebut.

"Kami ASN dibayar oleh negara, bekerja untuk negara, bukan untuk babu keluarga," bunyi tulisan pada spanduk lainnya.

"Pak Presiden, selamatkan kami dari menteri pemarah, suka main tampar, dan main pecat."

Lantas, seperti apa profil dan rekam jejak Satryo? Berikut Presisi.co sediakan ulasannya.

Satryo Soemantri Brodjonegoro lahir di Delft, Belanda, pada 5 Januari 1956. Saat ini, usianya menginjak 69 tahun. Satryo merupakan putra dari mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1973, Sumantri Brodjonegoro. 

Satryo adalah alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) dan lulusan Ph.D di bidang Teknik Mesin, University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS) pada 1985.

Usai menyandang gelar Ph.D, Satryo mengabdi sebagai guru besar di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Institut Teknologi Bandung (ITB) sejak 1985 hingga pensiun pada 2009.

Selain itu, ia juga pernah menjadi profesor tamu di Universitas Teknologi Toyohashi, Jepang.

Karier akademik Satryo menanjak ketika ia diangkat sebagai Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB pada 1992. Tujuh tahun kemudian, Satryo diangkat menjadi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional pada 1999 hingga 2007.

Di luar perannya di lingkungan perguruan tinggi, Satryo juga aktif di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI). Ia bergabung sebagai anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa pada 2008, lalu menjabat sebagai Wakil Ketua AIPI periode 2013-2018. Pada periode berikutnya, yakni 2018-2023, ia dipercaya sebagai Ketua AIPI.

Kontribusi Satryo dalam dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan telah diakui melalui berbagai penghargaan. Pada Maret 2010, ia menerima Medali Ganesha Bakti Cendekia Utama dari ITB. Selain itu, Pemerintah Jepang juga menganugerahinya The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon melalui Kedutaan Besar Jepang di Indonesia pada 3 November 2016.

Dalam laporan harta kekayaan yang dilaporkannya ke LHKPN, total kekayaan Satryo tercatat mencapai Rp46,05 miliar. Sebagian besar asetnya berupa tanah dan bangunan senilai Rp33,6 miliar. Ia juga memiliki empat kendaraan dengan nilai keseluruhan Rp1,4 miliar, serta kas dan setara kas sebesar Rp11 miliar. (*)

Editor: Rafika