Sepak Terjang Jusuf Hamka, Bos Jalan Tol yang Dijagokan Duet dengan Kaesang di Pilkada Jakarta
Penulis: Rafika
Sabtu, 13 Juli 2024 | 544 views
Presisi.co - Sosok Jusuf Hamka atau Babah Alun tengah menjadi sorotan publik usai dijagokan Golkar untuk mendampingi Kaesang Pangarep jika Ketua Umum PSI tersebut berminat maju di Pilkada Jakarta 2024.
Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, mengatakan pihaknya menawarkan Jusuf Hamka lantaran yang bersangkutan memiliki pengalaman yang mumpuni di bidang infrastruktur, khususnya untuk menangani masalah kemacetan yang masih kerap terjadi di Jakarta.
"Nah untuk mendukung tadi Mas Ketum, Mas Kaesang seandainya beliau memilih Jakarta, saya siapkan kader Partai Golkar yang sudah memalang melintang di infrastruktur yaitu Babah Alun (Jusuf Hamka),” kata Airlangga, di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Kamis (12/7/2024).
Lantas, siapa sebenarnya Jusuf Hamka?
Jusuf Hamka lahir di Jakarta pada 5 Desember 1957 dengan nama Jauw A Loen atau Alun Joseph. Pengusaha berdarah Tionghoa itu menghabiskan masa kecilnya di daerah Pasar Baru, Jakarta Pusat.
Ia berasal dari keluarga sederhana namun terpelajar. Ayahnya Dr. Joseph Suhaimi, S.H. alias Jauw To Tjiang, dosen di Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta. Sementara ibunya bernama Suwanti Suhaimi atau Siaw Po Swan, seorang guru.
Lantaran hidup dengan ekonomi pas-pasan, Jusuf Hamka sering menjadi penjual keliling semasa kecilnya. Ia juga pernah menjadi pedagang asongan di sekitar wilayah Masjid Istiqlal.
Pengusaha asal Samarinda ini memiliki masa muda yang cukup unik. Ia mengenyam pendidikan di berbagai perguruan tinggi, tetapi tak pernah menyelesaikannya hingga akhir.
Jusuf pernah berkuliah di Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta pada 1974 dan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, 1974. Kemudian, di Bisnis Administrasi Columbia College, Vancouver, Kanada, 1977 dan Administrasi Negara FISIP Universitas Jayabaya, Jakarta, 1980.
Dari semua kampus tersebut, tak ada yang diselesaikan hingga akhir oleh Jusuf Hamka. Alhasil, dirinya tidak menyandang status sarjana. Namun baginya, mengetahui sistematika berpikir dan belajar dari sekolah saja sudah cukup sehingga tak perlu mengejar gelar.
Pada tahun 1981, ketika berumur 23 tahun, Jusuf Hamka resmi menjadi mualaf. Ia mengikrarkan dua kalimat syahadat dibimbing oleh Buya Hamka. Bahkan, Jusuf Hamka menjadi anak ideologis serta mendapatkan nama belakang ulama besar Indonesia tersebut.
Beranjak dewasa, Jusuf Hamka mencoba peruntungan di Kalimantan Timur. Di sana, ia pernah menjadi supir traktor pada proyek pembangunan jalan di Desa Bukuan, Kecamatan Palaran, Samarinda. Dari situlah ia mulai belajar tentang konstruksi dan pengelolaan pabrik.
Ia juga pernah merintis usaha kayu hingga mengelola pabrik plywood besar di Kalimantan Timur bernama PT Daya Besar Agung. Sayangnya, pabrik kayu lapis itu harus ditutup karena suatu alasan.
Kejadian itu memaksa Jusuf Hamka melakukan PHK terhadap ribuan karyawannya hingga dirinya nganggur selama 14 tahun.
Berkat kegigihannya, Jusuf Hamka akhirnya dipercaya mengemban jabatan mentereng seperti penasihat Sinar Mas, komisaris Artha Graha Investama, komisaris independen dan penasihat perusahaan otomotif PT Indomobil Sukses Internasional.
Lalu, komisaris independen dan penasihat televisi swasta nasional PT Indosiar Visual Mandiri, komisaris independen perusahaan semen PT Indocement Tunggal Prakarsa serta direktur utama.
Jusuf Hamka adalah seseorang yang dikenal sebagai raja jalan tol. Sebab sebagian besar usahanya bergerak dibidang jalan tol lewat PT Citra Marga Nusaphala Persada (PT CMNP).
Adapun tol yang dikelola oleh Jusuf Hamka melalui PT CMNP antara lain, tol Ir. Wiyoto Wiyono: Cawang-Tanjung Priok, tol Depok-Antasari, tol Bogor Outer Ring Road, tol Cileuyi-Sumedang-Dawuan, tol Soreang-Pasirkoja, tol Waru-Juanda, dan tol Ancol.
Di bidang politik, Jusuf Hamka pernah menjadi bendahara Timses Jokowi-Ma'ruf Amin. Ia juga pernah menjadi staf khusus Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita.
Hidup bergelimang harta tak membuat Jusuf Hamka lupa dengan masyarakat yang membutuhkan. Ia dikenal sebagai pengusaha dermawan lantaran kerap membantu masyarakat.
Pada tahun 2018, ia sempat menjadi sorotan karena menjual nasi kuning beserta lauk-pauknya dengan harga Rp 3.000 per porsi. Nasi kuning tersebut dijual di sebuah tenda bernama Warung Nasi Kuning Podjok Halal.
Ia juga memiliki mimpi mulia, yakni membangun 1.000 masjid dengan desain oriental di seluruh Indonesia yang akan menjadi rumah besar bagi fakir miskin dan duafa. (*)