search

Daerah

Study TourDisdikbud SamarindaAsli Nuryadin

Disdikbud Samarinda Anjurkan "Perpisahan" Sederhana, Study Tour Hanya Opsi

Penulis: Giovanni Gilbert Anras
Jumat, 31 Mei 2024 | 1.047 views
Disdikbud Samarinda Anjurkan "Perpisahan" Sederhana, Study Tour Hanya Opsi
Kepala Disdikbud Samarinda, Asli Nuryadin menganjurkan setiap sekolah untuk menggelar acara perpisahan sederhana. Jika sepakat menggelar study tour dengan menggunakan kendaraan umum seperti bus, mesti mempertimbangkan aspek keselamatan. (Presisi.co/Gio)

Samarinda, Presisi.co – Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Samarinda, Asli Nuryadin, memperbolehkan kegiatan study tour bagi siswa selama hal tersebut merupakan keinginan dan inisiatif dari wali murid. Menurutnya, kegiatan ini biasanya dilakukan untuk menciptakan kenangan sebelum kelulusan.

Namun, Asli menekankan pentingnya kesederhanaan dalam perayaan perpisahan. “Kalau bisa sederhana, tidak usah dipaksa. Karena kalau dipaksa itu biasanya ‘ada urunan’ yang memberatkan orang tua,” ujarnya pada Kamis, 30 Mei 2024.

Ia menyarankan agar perpisahan sekolah memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah. Jika sekolah tidak memiliki fasilitas yang memadai, seperti halaman yang banjir saat hujan, menyewa hotel murah dapat menjadi alternatif yang lebih hemat biaya dibanding hotel mewah.

Asli mengingatkan agar pihak sekolah tidak memaksa siswa untuk membayar urunan demi mengikuti study tour. Jika sekolah tetap ingin melaksanakan study tour, orang tua murid bisa saling membantu satu sama lain. “Selama ada kesepakatan bersama antara orang tua di sekolah, acara tersebut tetap diperbolehkan. Kalau sudah sepakat, kita harus berkomitmen,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya perencanaan yang matang untuk memastikan keselamatan selama kegiatan berlangsung. “Semisal di pantai, jika mandi itu berbahaya atau perjalanannya jauh, sebaiknya dihimbau untuk tidak dilakukan,” tambahnya.

Sebagai alternatif, Asli menyarankan kegiatan yang lebih bermanfaat dengan melibatkan tokoh masyarakat, sehingga perpisahan sekolah menjadi kenangan berharga bagi siswa.

“Kita menimbang apa untung atau ruginya. Kalau bisa dibuat di sekolah secara sederhana dengan melibatkan tokoh masyarakat,” tegasnya.

Pihak sekolah, menurut Asli, harus bijak dalam menentukan kebutuhan siswa sesuai dengan kemauan mereka. “Yang penting sekali lagi, adil itu tidak merata, adil itu proporsional,” pungkasnya. (*)