Menyimak Diskusi FGBD Insan Cita Soal Proyeksi Ekonomi Indonesia Pasca Pilpres 2024
Penulis: Redaksi Presisi
Senin, 13 Mei 2024 | 662 views
Presisi.co - Forum Guru Besar dan Doktor (FGBD) Insan Cita menggelar diskusi akhir pekan daring dengan tema "Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Pilpres 2024" pada Minggu (12/05/2024) pukul 19.30 – 22.00 WIB, dihadiri oleh sejumlah narasumber terkemuka dan lebih dari 250 peserta. Para narasumber tersebut adalah Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., Prof. Mudrajad Kuncoro, PhD., Prof. Didik J. Rachbini, dan Anthony Budiawan.
Salah satu narasumber utama dalam diskusi ini adalah Prof. Edy yang memberikan paparan mendalam dan kritis tentang proyeksi perekonomian Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran. Prof. Edy menyatakan keraguannya terhadap kondisi ekonomi saat ini serta target-target yang telah ditetapkan oleh pasangan tersebut sebelum pemilihan presiden berlangsung.
Dalam paparannya, Prof. Edy menyoroti bahwa meskipun kondisi ekonomi Indonesia dan global tidak menggembirakan, beliau memilih untuk tetap skeptis namun optimis. “Kita harus memiliki sikap realistis dalam melihat kondisi ekonomi dan menegaskan bahwa harapan untuk kemajuan ekonomi masih ada jika semua pihak memiliki visi yang sama”, tegas Rektor Universitas Widya Mataram ini.
Lebih lanjut, Prof. Edy membahas peran Prabowo Subiyanto sebagai pemimpin pemerintahan yang akan datang, mengaitkannya dengan warisan intelektual dari ayahnya, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo. Beliau juga membahas peran Index Capital Output Ratio (ICOR) dalam mengukur efisiensi investasi dan kesulitan pemerintahan baru dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi.
Prof. Edy juga menggali isu-isu seperti kebijakan ekonomi, peringkat ease of doing business, dan upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan. “Reformasi struktural dan kebijakan yang inklusif sangat penting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan,” ujar mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini.
Paparan Prof. Mudrajad menyoroti pertanyaan kritis seputar pelaksanaan janji-janji kampanye, penurunan tingkat kemiskinan, dan ICOR. “Perlu terobosan dalam strategi pembangunan inklusif untuk mengatasi ketimpangan ekonomi di Indonesia”, imbuhnya.
Anthony Budiawan, dalam paparannya, mempertanyakan stagnasi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang hanya mencapai 5%. “Fluktuasi aktivitas ekonomi Indonesia di setiap kuartal harus dicermati dan kita harus waspada terhadap manipulasi statistik pertumbuhan ekonomi”, paparnya.
Sementara itu, paparan terakhir dari Prof. Didik membahas tekanan eksternal yang dihadapi oleh ekonomi Indonesia pasca pilpres 2024, serta tantangan dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang tidak stabil. “Indonesia masih lemah dalam industri dan tekanan pada APBN. Hal ini menjadi tantangan berat bagi masa pemerintahan pasca-pilpres”, ungkapnya.
Diskusi ini memberikan wawasan yang mendalam tentang prospek ekonomi Indonesia pasca Pilpres 2024, sambil menyoroti tantangan dan peluang yang dihadapi oleh pemerintahan baru. Diharapkan dengan adanya diskusi semacam ini, langkah-langkah strategis dapat diambil untuk memajukan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih baik. (HumasUWM/Presisi.co)