search

Advetorial

Asmin Laura HafidPemkab NunukanImpor BerasHUT Nunukan

Tekan Impor, Bupati Laura Ingin Masyarakat Nunukan Kurangi Konsumsi Terigu dan Beras

Penulis: Harman
Rabu, 13 Oktober 2021 | 402 views
Tekan Impor, Bupati Laura Ingin Masyarakat Nunukan Kurangi Konsumsi Terigu dan Beras
Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid saat mencicipi kudapan berbasis pangan lokal non terigu dan non beras yang digelar oleh tim penggerak PKK. (istimewa)

Presisi.co - Guna mengurangi konsumsi nasi secara berlebihan, tim penggerak PKK Kabupaten Nunukan bekerjasama dengan tim penggerak PKK Provinsi Kalimantan Utara mengadakan lomba cipta menu kudapan berbasis pangan lokal non terigu dan non beras.

Acara tersebut dihadiri langsung oleh Bupati Nunukan Asmin Laura Hafid, Wakil Bupati Nunukan Hanafiah, dan Sekretaris Daerah Serfianus. Acara berlangsung di Ruang serbaguna lantai V kantor bupati Nunukan, Rabu 13 Oktober 2021.

Perlombaan ini diikuti oleh 27 peserta yang berasal dari berbagai kalangan dan profesi diantaranya dari
tim penggerak PKK Kecamatan, Dharma Wanita, Kelompok Wanita Tani ( KWT), dan Industri Rumah Tangga Pengolah Pangan Lokal.

Dalam kesempatan ini, Bupati menyampaikan bahwa data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat konsumsi beras di Indonesia mencapai angka 6.45 kilogram per kapita per bulan, atau sekitar 0,2 kilogram per kapita per hari. Indonesia termasuk negara dengan konsumsi beras paling tinggi di dunia sampai saat ini.

Faktor kebiasaan yang turun temurun sejak lama menjadi penyebab utama masyarakat begitu tergantung dengan beras. Ibaratnya, meskipun sudah makan berkali-kali tapi jika belum makan nasi rasanya belum puas. Kebiasaan inilah yang akhirnya membuat konsumsi beras terus meningkat dari tahun ke tahun.

Menurutnya, konsumsi beras yang tinggi tentu punya resiko kurang baik, selain juga tidak baik untuk kesehatan jika terus menerus makan nasi tanpa ada variasi makanan lain. Laura juga mengatakan bahwa hasil panen para petani selama ini belum mampu memenuhi kebutuhan beras secara nasional, maka mau tidak mau harus import dari luar negeri yang secara ekonomi sangat merugikan.

"Demikian halnya dengan tepung terigu, konsumsi tepung terigu di masyarakat juga terus meningkat. Padahal tepung terigu adalah bahan pangan yang nyaris tidak ada di negara kita, artinya harus impor. Dan secara ekonomi, lagi-lagi kita mengalami kerugian," ujarnya.

Lebih lanjut dengan melihat data yang jomplang tersebut, maka pemerintah sangat gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mengurangi makan nasi. Konsumsi beras yang berlebihan juga tidak baik untuk kesehatan.

"Kegemukan, diabetes, dan meningkatkan kandungan lemak yang tidak sehat adalah dampak buruk konsumsi nasi secara berlebihan dalam jangka panjang," jelasnya.

Namun demikian, Laura menyadari memang tidak mudah untuk merubah pola makan yang sudah terbentuk sejak kecil tersebut, demi kesehatan maka harus mau memulainya, diantaranya dengan mengurangi porsi makan nasi dan makan malam cukup sayur atau buah-buahan.

Menurutnya langkah ini bisa dimulai oleh para ibu rumah tangga, mereka harus menyajikan makanan enak dan sehat sebagai pengganti nasi. Harus ada variasi menu makanan yang beragam sehingga anggota keluarga tidak merasa bosan.

"Oleh karena itu saya menyambut baik lomba cipta menu makanan non terigu dan non beras kali ini yang dilaksanakan oleh ibu-ibu PKK Kabupaten Nunukan. Saya berharap dari lomba ini akan lahir menu-menu makanan baru yang enak rasanya, mudah cara pembuatannya, bahan-bahannya ada di sekitar kita, dan sehat bagi seluruh keluarga", ucapnya.

Laura juga meminta agar menu makanan yang jadi juara nantinya bisa disebarluaskan kepada seluruh masyarakat, sehingga masyarakat juga bisa mencoba dirumahnya masing-masing.

"Khusus untuk tepung terigu, maka saya sampaikan bahwa di daerah kita sudah ada beberapa industri rumah tangga yang membuat tepung singkong, harganya relatif lebih murah, dan bisa dipakai sebagai alternatif pengganti tepung terigu," pungkasnya. (ADV)

Editor: Yusuf