Pembangunan Terowongan di Gunung Manggah Samarinda Mulai Serius, 2022 Rencana Pekerjaan Dimulai
Penulis: Jeri Rahmadani
Selasa, 29 Juni 2021 | 1.093 views
Samarinda, Presisi.co – Rencana pembangunan terowongan guna memecah kemacetan di Jalan Otto Iskandar (Otista), Sungai Dama, semakin diseriusi Wali Kota Samarinda, Andi Harun.
Seperti diketahui, kawasan yang biasa disebut Gunung Manggah ini memang kerap terjadi macet saat jam-jam kerja. Utamanya waktu pagi dan sore. Kecelakaan lalu lintas beberapa kali terjadi dan membuat trauma sebagian masyarakat yang melintas.
Minggu 27 Juni 2021 malam, Andi Harun mengikuti seremonial pelantikan dan diskusi publik bersama mahasiswa Ikatan Ahli Geologi Indonesia (SM-IAGI) di salah satu hotel di bilangan Jalan Imam Bonjol, Samarinda.
Kegiatan dialog dua sesi itu diikuti mahasiswa dari Universitas Mulawarman, pengamat sosial Sri Murlianti, dan Ketua Komisi III DPRD Samarinda Angkasa Jaya. Menganalisa dan memunculkan rencana pembangunan terowongan tersebut.
Andi Harun mengatakan, berdasarkan analisa yang dilakukan kawasan Gunung Manggah yang rencananya dibangun terowongan itu merupakan zona cesartoid. Menurut analisa jenis bebatuannya adalah batuan gamping dan lempung. "Zona biologi di area perencanaan pembangunan terowongan itu masuk kategori zona sesat naik. Saya sudah memberi respons secara teknis juga, sampai bahkan pada analisa jenis batuan di kawasan tersebut. Ada batuan gamping yang berjenis bebatuan lunak (bukan singel batuan), dan batuan multi termasuk batu bara di dalamnya, dan batuan lempung termasuk tanahnya," urai Andi Harun.
Ia menyebut, analisa dibutuhkan karena Pemkot Samarinda bisa menentukan metode pekerjaan ekskusi yang tepat. Pemkot disebut Andi Harun mencari opsi teknis yang memungkinkan atau dibolehkan, tetapi dalam aspek sosial dan keuangan juga memenuhi.
Andi Harun membeberkan, pembangunan terowongan sepanjang 550 meter di kawasan Gunung Manggah itu dinilai akan menghabiskan anggaran sebesar Rp 550 miliar. Terowongan yang menghubungkan Jalan Sultan Alimuddin menuju Jalan Kakap itu bakal masuk skema multiyears contract (MYC).
Sebelumnya, upaya pemecahan kemacetan di Jalan Otto Iskandardinata itu melahirkan dua opsi yang dibahas Pemkot Samarinda. Yakni pembangunan flyover atau terowongan. Pembangunan terowongan dinilai lebih ramping biaya dari flyover. Pasalnya, untuk membangun flyover diperkirakan akan menghabiskan anggaran sebanyak Rp 750 miliar.
Sementara itu, secara aspek sosial tentu mantan wakil ketua DPRD Kaltim itu tak ingin menimbulkan masalah sosial terlalu panjang. Misalnya, pembebasan lahan. Menurutnya, kalau itu terjadi akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. "Sementara dari sisi aspek lainnya juga tak luput kami lakukan analisa," ungkap Andi Harun.
Dalam hal ini, ia menyebut pemkot sangat memperhatikan kegiatan proyek dengan tetap mengutamakan keselamatan warga yang paling utama.
"Juli 2021 kajian harus selesai, karena pemkot perencanaannya melalui APBD. Perencanaan fisik Insya Allah kami bisa mulai 2022. Tapi kalau dari sisi teknis tidak memungkinkan, kami tidak bisa memaksakannya. Karena pemkot sangat mengutamakan keselamatan warga sekitar," pungkasnya. (*) Editor: Rizki