Ekonomi Fluktuatif, UMKM dan UKM Dituntut Kompetitif
Penulis: Putri
Selasa, 25 Mei 2021 | 1.014 views
Samarinda, Presisi.co - Pertumbuhan ekonomi Bumi Pertiwi terbilang fluktuatif. Faktornya pun banyak. Salah satunya, karena tingginya nilai impor ketimbang nilai ekspor ke luar negeri.
Hal itu disampaikan Kepala Kantor Wilayah Bank Indonesia atau Kanwil BI Kaltim Tutuk SH Cahyono. Menurut Tutuk, nilai impor yang tinggi ini juga mempengaruhi Kaltim.
Perhatian Tutuk pun tertuju pada pelaku usaha kecil menengah (UKM) dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) Bumi Etam. Bagi Tutuk, mereka harus lebih serius menuangkan kreativitas, dalam berusaha.
Tutuk merinci, Pada tahun 2020, Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sekitar Rp726,57 triliun, terutama bersumber dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) sekitar Rp155 triliun dan ekspansi moneter sekitar Rp555,77 triliun. Pada tahun 2021 (hingga 21 Mei 2021), Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp88,91 triliun.
"Percepatan pemulihan itu penting, biar (bisa kembali) on the track," ucap Tutuk disenggang waktunya dalam acara Export Coaching Program (ECP) di Mercure Samarinda, Selasa (25/05/2021).
Tutuk menyampaikan, penggalian potensi sudah dilakukan pihak BI. Dukungan pun akan diberikan. Bagi produk yang bernilai jual. Serta memiliki keunikan, tentu akan mendapatkan pasar yang sesuai.
"Jadi kita harus gali (dari) sekarang (khususnya Kaltim. Apa yang harus kita cari, apa yang unik produk, yang beda," lanjut Tutuk.
Ia melanjutkan, mengenai target pasar, yang diincar ialah kancah internasional. Yang bagi Tutuk, bisa lebih luas jangkauannya, dengan permintaan yang juga tinggi.
Kepala Seksi Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI), Titi Nur Izzati, memberikan tanggapan. Kata Titi, kerjasama dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Kaltim sudah dilakukan.
Tujuannya pun sama. Mencari produk yang unik, dan berbeda, untuk dipasarkan. Bagi Titi potensi itu ada di Bumi Mulawarman.
"Kita nge-push untuk ekspor. Komoditasnya seperti ikan, handycraft, dunia fesyen juga (akan dirambah). Provinsi Kaltim dekat dengan perbatasan beberapa negara ASEAN, dan itu pasarnya luas banget sudah," tuturnya.
Lebih lanjut, PPEI sendiri mempunyai tupoksi menyelenggarakan pendidikan dan latihan (Diklat). Baik di dalam maupun di luar negeri.
Kegiatan diklat itu, diterangkan Titi juga merambah ke daerah-daerah. Seperti yang dilakukan saat ini, yakni ECP.
Titi memberikan contoh, di 2020 kemarin, implementasi ekspor sudah dilaksanakan. Komoditinya ialah salak. Dimana buyer dan suppliernya dipertemukan.
"Kaltim memang memiliki potensi ekspor yang tinggi, BI (Kaltim) juga aware sekali soal ini, begitupun semangat dari Disperindagkop," pungkasnya.