Super Canggih, UPT Stasiun Bumi di Muara Badak Malah Dianggap Kantor Desa, Kok Bisa???
Penulis: Erlina
Senin, 18 Januari 2021 | 1.408 views
Samarinda, Presisi.co - Kondisi UPT Stasiun Bumi di Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) kian memprihatinkan. Belasan tahun menyandang status sebagai satu-satunya fasilitas Sistem Informasi Perikanan dan Kelautan di Kaltim, UPT Stasiun Bumi yang dibangun sejak 2008 lalu itu, malah menjadi habitat rumput liar, jauh dari fungsi yang diharapkan.
UPT Stasiun Bumi di Muara Badak itu sendiri berada dibawah koordinasi Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kukar. Sejak awal, stasiun tersebut dibangun untuk memantau atau memotret kondisi perairan laut dengan teknologi pengindaraan jarak jauh, memanfaatkan satelit meteorologi NOOA atau National Oceanic and Atmospheric Administration.
Dilansir dari website prokom.kukarkab.go.id, teknologi yang dimiliki UPT Stasiun Bumi Muara Badak, mampu memotret kondisi yang diperlukan dalam rangka kepentingan bidang kelautan dan perikanan. Daerah tangkapan ikan atau fishing ground yang telah terpantau akan menjadi informasi yang penting bagi para nelayan. Dengan informasi yang tepat dan akurat maka aktifitas nelayan menjadi efektif dan efisien. Hal ini akan dapat mengurangi biaya operasional nelayan, terutama BBM.
Warga Nelayan Pikir Itu Kantor Desa
Foto : Kantor UPT Stasiun Bumi Muara Badak.
Segudang manfaat yang bermuara pada efisiensi operasional nelayan itu sendiri nyatanya tak sesuai ekspektasi yang ada. Sebagian besar masyrakat nelayan yang bahkan hidup bertetangga dengan UPT Stasiun Bumi bahkan tak mengetahui fungsi stasiun itu sendiri.
"Sudah puluhan tahun tinggal disini, waktu lihat Kantor ini di bangun, saya betul betul tidak tahu, itu kantor apa. Tidak ada juga orang pemerintahan yang datang ke rumah untuk sosialisasi, ya saya kira cuma kantor seperti kantor desa atau apa lah itu,” tutur Anwar, salah satu warga nelayan yang tinggal lebih kurang 500 Meter dari Kantor UPT Stasiun Bumi.
Lanjut Anwar, keberadaaan tower dengan tinggi 5 Meter dengan logam besar berwarna emas yang dimiliki UPT Stasiun Bumi untuk memudahkan kerja para nelayan sendiri, diakuinya belum pernah diketahui selama ini.
"Sama sekali tidak mengerti itu apa, saya kira di atasnya itu penangkal petir aja. Oh ternyata itu untuk melacak ikan ya? ,” sambungnya.
Dari penelusuran media di minggu kedua Januari lalu, tak hanya Anwar bahkan sejumlah warga lain yang berada di sekitar kantor berukuran lebih kurang 4x6 meter itu, mengaku tak pernah melihat aktivitas pada umumnya di UPT Stasiun Bumi ini.
"Coba aja lihat, itu tertutup. Dari dulu itu begitu. Saya tidak pernah lihat ada orang bekerja. Yang saya tahu di situ cuma ada staff satu aja. Dia juga tidak pernah cerita, dia kerja apa disana,” paparnya.
DKP Kukar Mengaku
Foto : UPT Stasiun Bumi Muara Badak berbalut jerami.
Melihat fakta di lapangan, tim media lalu mengubungi Sekretaris yang kini menjalankan tugas sebaga Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kukar, Muslik.
“Untuk UPT stasiun Bumi memang belum Optimal, namun bukan berarti tidak operasional," tulis Muslik, menjelaskan saat dihubungi.
Muslik mengaku, sosialisasi terkait keberadaan UPT Stasiun Bumi Muara Badak itu sendiri memang belum maksimal. Maka dari itu, tak heran jika banyak warga nelayan yang tidak mengetahui bahkan merasakan manfaat dari fasilitas tersebut.
“Untuk nelayan disekitar sebenarnya sudah kita sosialisasikan walaupun juga belum semuanya,” lanjut Muslik.
“Upaya optimalisasi peran stasiun bumi itu bahkan sudah kami kerjasamakan dengan Stasiun Bumi Perancak yang ada di Bali UPT milik Kementerian (KKP),” terangnya.
Kader Pemuda Pesisir Angkat Bicara
Foto : Kader Forum Pemuda Bahari Indonesia Regional Kaltim.
Sebagai kader Organisasi Pemuda Pesisir Kaltim, Allwindo Chaniago turut angkat bicara menyikapi terlantarnya UPT Stasiun Bumi yang berdiri kokoh di jalan MTQ Desa Muara Badak Ulu. Sekretaris Forum Pemuda Bahari periode 2018-2020 itu menyebut pemerintah tak serius menangani persoalan nelayan selama ini.
“Kami dulu juga sudah pernah bincang-bincang sama salah satu Staff di Kantor itu. Dia juga ngaku, kalau semua alat itu banyak yang tidak berfungsi. Alasannya karena SDM tidak ada yang memadahi untuk mengoperasionalkan mesin atau alat alat pelacak ikan itu," ungkap Windo, sapaan karibnya.
Menurut Windo, alasan mandeknya optimalisasi fungsi UPT Satelit Bumi itu sendiri terbantahkan dengan banyaknya lulusan kelautan yang ada di Kaltim.
Pemuda yang kini masuk dalam bursa Ketua FPBI Kaltim pariode 2020 – 2022 itu mengingatkan pemerintah agar fokus membenahi persoalan yang ada di UPT Stasiun Bumi Muara Badak.
Ia mengatakan, selain dapat menjadi alat bantu para nelayan, fungsi fish finder bisa menguntukkan jumlah tangkap nelayan tanpa harus membuang banyak bahan bakar, lantaran kumpulan ikan cepat di ketahui oleh nelayan di laut.