search

Berita

Prediksi BMKGLa NinaBMKG APT Pranoto Samarinda Riza Arian Noor

Prediksi BMKG: La Nina Lemah Diprediksi Bertahan hingga Pertengahan 2026

Penulis: Muhammad Riduan
1 jam yang lalu | 0 views
Prediksi BMKG: La Nina Lemah Diprediksi Bertahan hingga Pertengahan 2026
Kepala Stasiun Meteorologi BMKG APT Pranoto Samarinda, Riza Arian Noor.(Presisi.co/Muhammad Riduan)

Samarinda, Presisi.co – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa wilayah Indonesia, termasuk Kalimantan Timur (Kaltim) saat ini berada dalam pengaruh fenomena iklim global La Niña lemah yang diprediksi akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2026.

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG APT Pranoto Samarinda, Riza Arian Noor menjelaskan bahwa berdasarkan hasil analisis dan prediksi BMKG serta sejumlah lembaga iklim dunia, kondisi La Niña saat ini berada pada kategori lemah.

“Fenomena La Nina itu ada kategorinya, mulai dari lemah, sedang, hingga kuat. Masing-masing intensitas ini tentu berpengaruh terhadap kondisi cuaca dan iklim secara global,” ungakapnya, Jumat 19 Desember 2025.

Meski tergolong lemah, La Niña tetap perlu diwaspadai karena berpotensi meningkatkan curah hujan, khususnya di wilayah Kaltim. Riza menegaskan, meskipun La Niña bukan satu-satunya faktor penyebab hujan lebat, kondisi ini harus menjadi peringatan dini.

Selain itu, sejak pertengahan awal November, Kalimantan Timur telah resmi memasuki periode musim hujan. BMKG memprediksi musim hujan di wilayah ini akan berlangsung cukup panjang, yakni hingga akhir Juni 2026.

“Karena periode musim hujannya masih panjang, potensi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir dan longsor tentunya masih harus terus kita waspadai,” jelasnya.

BMKG membagi wilayah Kalimantan Timur ke dalam 22 Zona Musim (ZOM) yang memiliki karakteristik iklim berbeda-beda, mulai dari awal musim hujan, puncak hujan, hingga pola curah hujannya. Riza menyebutkan, Kalimantan Timur memiliki dua puncak musim hujan.

“Puncak pertama terjadi pada Desember hingga Januari. Kemudian Februari biasanya sedikit menurun, lalu puncak kedua terjadi pada Maret hingga April karena kita berada di wilayah ekuatorial,” paparnya.

Ia menambahkan, istilah puncak musim hujan merujuk pada akumulasi curah hujan bulanan yang lebih tinggi dibandingkan bulan-bulan lainnya dalam periode musim hujan. Pada masa inilah kewaspadaan terhadap bencana hidrometeorologi perlu ditingkatkan.

Tak hanya hujan lebat, BMKG juga mengingatkan potensi angin kencang, khususnya pada bulan April, yang merupakan masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

“Berdasarkan data historis BMKG, kejadian angin kencang paling banyak terjadi pada bulan April. Pada masa peralihan musim, dinamika atmosfer cenderung tidak stabil,” ungkapnya.

Terkait potensi angin puting beliung di Kaltim, Riza menjelaskan bahwa fenomena tersebut berskala lokal dan sangat bergantung pada kondisi cuaca setempat, khususnya pertumbuhan awan cumulonimbus.

“Puting beliung itu sifatnya spot-spot dan dipengaruhi oleh sistem cuaca lokal. Selama awan cumulonimbus tumbuh, potensi angin kencang maupun puting beliung tetap ada,” pungkasnya. (*)

Editor: Redaksi

Baca Juga