Kisah Dua Saudari Pengrajin Ketupat di Samarinda Seberang: Bertahan Hidup dari Upah Rp10 Ribu
Penulis: Muhammad Riduan
13 menit yang lalu | 0 views
Potret Mariawati dan Masniah, dua saudari yang selama ini menjadi pengrajin ketupat di Samarinda Seberang. (Istimewa)
Samarinda, Presisi.co – Di balik kepadatan Kota Samarinda, tersimpan kisah perjuangan hidup yang menggetarkan hati. Dua saudari yang sehari-hari bekerja sebagai pengrajin ketupat di Kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang, bernama Mariawati (60), berjuang keras menyambung hidup bersama suaminya, Slamet Riadi (59), dan kakaknya, Masniah (64), di tengah keterbatasan ekonomi dan kondisi rumah yang memprihatinkan.
Setiap hari, Mariawati membuat sekitar 100 ketupat. Dari pekerjaan itu, ia hanya menerima upah Rp10.000 per 100 ketupat nominal yang dibayarkan tidak menentu, terkadang hanya Rp150 ribu hingga Rp200 ribu per minggu.
“Pendapatan seminggu itu perkiraan 300-an, tetapi orang itu tidak langsung membayar 300, kadang 200, kadang 150, jadi seperti ngutang,” ungkapnya.
Slamet Riadi, yang sebelumnya menjadi relawan pemadam kebakaran tanpa gaji tetap, kini tidak lagi bekerja setelah mengalami kecelakaan yang membuatnya sulit berjalan. Kondisi ini membuat sumber penghasilan keluarga semakin menyempit.
Situasi mereka kian berat ketika kebutuhan pokok tak lagi terpenuhi. Mariawati menceritakan momen paling menyedihkan saat menerima sebakul nasi. Namun hanya memiliki satu ekor ikan yang harus dibagi untuk bertiga.
“Saya makan itu sampai nangis saya, karena melihat keadaan saya seperti itu,” tuturnya.
Lebih memilukan lagi, mereka pernah mengalami dua hari tanpa makan, hanya minum air putih dan satu bungkus mi instan yang dibagi bertiga. Gas elpiji, minyak goreng, telur, hingga beras kerap tak mampu lagi mereka beli.
“Betul-betul kering betul kita ini, gas tidak ada, minyak makan tidak ada, telur tidak ada, apa-apa sudah kering,” keluhnya.
Selain kesulitan pangan, keluarga ini tinggal di rumah yang jauh dari layak. Tanpa jendela dan rapuh, rumah tersebut selalu basah ketika hujan dan dipenuhi nyamuk setiap malam. Namun di rumah itulah mereka bertahan, sembari berharap ada perubahan.
Di tengah kesulitan, Mariawati menyampaikan harapan besar agar suaranya terdengar pemerintah, terlebih setelah mendengar pernyataan bahwa bantuan sosial harus tepat sasaran.
“Saya sempat mendengar statment-nya Pak Prabowo itu harus kena sasaran. Saya seperti ini semoga mengetuk hati pemerintah,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan permintaan khusus kepada Wali Kota Samarinda, Andi Harun.
“Harapannya untuk Pak Wali Kota Andi Harun, minta tolong bantuan, modal. Yang kedua bantuan dari pemerintah jangan sampai terlewatkan,” kata Mariawati penuh harap. (*)