Mengenal Mbok Yem, Sosok Penjaga Warung Legendaris di Puncak Lawu yang Telah Berpulang
Penulis: Rafika
Rabu, 23 April 2025 | 345 views
Mbok Yem. (net)
Presisi.co - Kabar duka datang dari lereng Gunung Lawu. Mbok Yem, sosok legendaris yang selama puluhan tahun setia menyambut para pendaki di puncak Lawu, telah meninggal dunia pada Rabu, 23 April 2025.
Ia menghembuskan napas terakhir di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, pada usia 82 tahun setelah berjuang melawan pneumonia.
Syaiful, kerabat Mbok Yem kepada wartawan Rabu (23/4/2025), turut membenarkan kepergian Mbok Yem. Jenazah almarhumah telah dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) setempat.
Mbok Yem, yang memiliki nama asli Wakiyem, dikenal luas oleh para pendaki sebagai penjaga warung di Hargo Dumilah.
Warungnya hanya sekitar 115 meter dari puncak Gunung Lawu yang berada di ketinggian 3.150 meter di atas permukaan laut. Ia mulai membuka warung kecil di puncak Lawu sejak awal 1980-an dan menyajikan menu nasi pecel hangat.
Menu yang disajikan bervariasi, dari nasi pecel dengan lauk telur ceplok dan gorengan, hingga teh hangat yang sangat berarti di tengah dinginnya udara pegunungan. Harganya pun ramah di kantong untuk ukuran tempat wisata, yakni sekitar Rp25.000.
Pada waktu-waktu tertentu, terutama bulan Suro, Mbok Yem juga menyediakan soto sebagai sajian spesial.
Jejak kehangatan Mbok Yem akan selalu terpatri dalam kenangan para pendaki yang berhasil menaklukkan jalur menanjak Gunung Lawu.
Setiap langkah yang berat menuju puncak seakan terbayar lunas oleh sambutan hangat dan hidangan sederhana nan istimewa yang disiapkan oleh sosok legendaris ini.
Bagi banyak pendaki, sepiring nasi pecel buatan Mbok Yem menjadi simbol kemenangan dan penghiburan setelah perjalanan panjang menuju atap Lawu. Selain penjual makanan, sosoknya juga layak jika disebut sebagai penjaga semangat di ketinggian Lawu yang tak semua orang bisa gapai.
Tak hanya dikenal karena masakannya yang nikmat, Mbok Yem juga dikenal karena keramahan dan kehangatannya dalam menyambut pendaki. Warung Mbok Yem juga menjadi tempat beristirahat bahkan bermalam bagi para pendaki yang kelelahan.
Kisah hidup Mbok Yem menyatu erat dengan Gunung Lawu. Sebelum membuka warung, ia merupakan penjual jamu yang mencari bahan alami dari lereng gunung bersama mendiang suaminya. Setelah suaminya wafat, tugas itu diteruskan oleh anaknya.
Inspirasi mendirikan warung datang setelah bertemu seorang pendaki yang menyarankan ide tersebut. Di masa awal berjualan, ia mengangkut sendiri logistik ke puncak, ditemani oleh anak angkatnya, Pak Muis, yang setia mendampinginya selama 17 tahun.
Namun seiring usia dan kondisi fisik yang melemah, ia mulai menggunakan jasa porter dengan biaya yang cukup besar, hingga Rp500.000 per pengangkutan.
Saat turun gunung pun, Mbok Yem harus ditandu oleh dua porter karena tak sanggup lagi berjalan melewati medan berat di usia senjanya. Biaya untuk satu kali tandu pun bisa mencapai satu juta rupiah per orang.
Kini, Mbok Yem telah berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Sosoknya menjadi kenangan bagi mereka yang pernah mendaki puncak Gunung Lawu. (*)