Penulis: Redaksi Presisi
Kamis, 28 Desember 2023 | 1.566 views
Presisi.co - Dalam aksi protes terhadap pengungsi Rohingya, massa yang teridentifikasi sebagai mahasiswa Universitas Al Washliyah, Universitas Abulyatama dan Bina Bangsa Getsempena menggelar demonstrasi di gedung Balee Meuseuraya Aceh (BMA) pada Rabu (27/12/2023). Tak hanya itu, massa mahasiswa tersebut juga mengusir pengungsi etnis Rohingya tersebut menuju kantor Kemenkumham Aceh di hari yang sama.
Melansir CNNIndonesia, Koordinator lapangan (Korlap) dari Universitas Abulyatama Muhammad Khalis memberitahukan alasan dari demonstrasi tersebut. Ia mengatakan bahwa mahasiswa tengan mendukung serta menyuarakan keluhan masyarakat terhadap kedatangan pengungsi Rohingya.
"Sudah sepatutnya kami mendukung masyarakat yang menolak untuk menghindari konflik lebih luas antara masyarakat dengan Rohingya," tutur Khalis.
Khalis juga menambahkan, alasan masyarakat menolak kedatangan imigran Rohingya disebabkan mereka datang alih-alih untuk mengungsi, namun mereka juga mencari pekerjaan. Selain itu sikap dari pengungsi Rohingya yang semaunya membuat masyarakat tidak lagi menerima mereka.
"Kini masyarakat Aceh itu kan menolak karena terkait etika dan tingkah laku. Nah dulunya kan masyarakat Aceh menerima tapi hari ini kesannya seperti ada permainan. Kan, sudah ada yang jadi tersangka (kasus penyelundupan manusia)," ujarnya.
Awalnya, mahasiswa melakukan orasi dan tuntutan mereka di gedung DPRA, Banda Aceh. Kemudian, mereka bergerak menuju gedung BPA untuk meminta para pengungsi untuk segera keluar.
Aksi mereka sempat dihalangi oleh petugas yang berada di lokasi. Namun, ketika Korlap dari kelompok mahasiswa itu melakukan negosiasi, massa yang berada di belakang menerobos masuk menuju basement gedung, dimana para pengungsi berada.
Pengungsi yang mayoritasnya perempuan dan anak-anak, serta sebagai pria dewasa dipaksa keluar dari gedung BMA. Mereka diarahkan ke sebuah truk yang akan dibawa ke kantor Kemenkumham. Terlihat di antara para pengungsi menangis saat dipindahkan.
Menanggapi hal tersebut United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) menyayangkan aksi dari mahasiswa tersebut. Pihaknya menyebutkan, terdapat pengungsi Rohingya, yang dipindahkan oleh mahasiswa itu, yang berada dalam kondisi rentan.
"UNHCR, Badan Pengungsi PBB, sangat prihatin melihat serangan massa di lokasi penampungan keluarga pengungsi yang rentan, yang mayoritasnya adalah anak-anak dan perempuan di Kota Banda Aceh, Indonesia," kata Muhammad Yanuar Farhanditya, Senior Communications Assistant UNHCR, dilansir dari DetikSumut, Kamis (28/12/2023).
Terkait hal ini, UNHCR meminta Aparat Penegak Hukum (APH) untuk mengambil tindakan. Pihaknya menyebut aksi ini berasal dari misinformasi dan ujaran kebencian terhadap para pengungsi.