Melukis Perspektif Ibu Kota Negara di Festival Mural Kedai Setiap Hari Call Samarinda
Penulis: Jeri Rahmadani
Minggu, 31 Oktober 2021 | 885 views
Samarinda, Presisi.co - Untuk pertama kalinya, kedai kopi di Samarinda mengadakan festival mural—suatu karya seni lukis melalui media dinding, tembok, atau semacamnya yang bersifat secara permanen.
Acara tersebut diselengarakan oleh kedai kopi Setiap Hari Call yang berada di Jalan Juanda, Kelurahan Air Putih, Samarinda, pada tanggal 28-31 Oktober 2021.
Ketua tim penyelenggara Setiap Hari Call Mural Fest 2021, Fahri Mahayupa mengatakan, perlombaan mural diikuti oleh 9 tim dari 3 kota-kota di Kaltim. Di antaranya 7 tim dari Samarinda, 1 tim dari Bontang, dan 1 tim lagi dari Balikpapan.
Ia menjelaskan, para seniman diberi tenggat waktu menyelesaikan karyanya selama dua hari mulai pukul 17.00 - 24.00 Wita di tanggal 28-29 Oktober 2021. Dengan tema yang disodorkan pihak penyelenggara, adalah perspektif Ibu Kota Negara (IKN) yang nantinya berada di Kaltim, gerakan kepemudaan, dan industri kopi yang saat ini tengah menjamur.
"Mereka (para seniman) akan kami berikan apresiasi berdasarkan penilaian juri yang berkompeten asal Samarinda. Itu di malam penganugerahan Minggu, 31 Oktober 2021 nanti malam," kata Fahri saat dijumpai Presisi.co, Minggu, 31 Oktober 2021.
Fahri mengatakan, kegiatan festival mural sendiri bertujuan mewadahi para seniman di Kaltim, khususnya Samarinda dalam menuangkan karya-karyanya.
"Kalau saya analogikan, kedai Setiap Hari Call ini seperti rahim dan para pesertanya itu merupakan alat vitalnya. Hari ini Setiap Hari Call menjadi rahim untuk mereka (para seniman) itu berkarya," tuturnya.
Fahri melanjutkan, tak hanya sebatas diisi proses kreatif seni mural, acara Setiap Hari Call Mural Fest 2021 juga dibarengi dengan kegiatan talkshow dan poadcast dengan tema yang sama.
Semisal seperti industri Kopi, kata Fahri, telah tercatat 400 lebih kedai kopi beroperasi hanya untuk di wilayah Kota Tepian. Hasilnya, terdapat catatan agar para pembuat kopi untuk mematenkan produknya melalui Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI), Brand, dan hal-hal lain semacamnya.
Sementara itu, Fahri menambahkan, sejatinya tim mural yang mendaftar mencapai 10 tim lebih. Kendati, terdapat persoalan teknis yang menyebabkan tim asal Kota Raja, Kutai Kartanegara (Kukar), tak bisa mengikuti festival mural 2021 ini. Ia pun berpesan kepada para seniman untuk terus bisa menuangkan karya-karya mereka.
"Ber-murallah sebelum mural itu dilarang. Paling tidak, saya pribadi mengucapkan terimakasih kepada peserta dan pihak lainnya yang berpartisipasi dalam festival ini," imbuhnya.
Menurutnya, seni mural tak hanya dinilai dari segi estetika semata. Bahwasanya, disebutkan Fahri, terdapat seni mural yang menyampaikan nilai membangun. Termasuk, kritik pemerintah dalam hal pembangunan.
"Karena yang penting itu, seni mural juga sebagai fungsi kontrol (pemerintah). Begitu kira-kira pesan dari beberapa hasil lukisan mural dalam acara ini," tutupnya. (*)