search

Berita

Tuan Guru BajangJokowi MuazinCuitan Twitter Viral

Cuitan Twitter Jokowi soal Muazin Diserang Netizen, Ini Penjelasan Fiqih dari Tuan Guru Bajang

Penulis: Nur Rizna Feramerina
Kamis, 22 Juli 2021 | 912 views
Cuitan Twitter Jokowi soal Muazin Diserang Netizen, Ini Penjelasan Fiqih dari Tuan Guru Bajang
Tangkapan layar cuitan Jokowi di Twitter mengenai muazin. (ist)

Balikpapan, Presisi.co - Cuitan dari akun resmi Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Twitter menuai beragam macam komentar. Ada yang mem-bully ada pula yang menganggap wajar.

"Salat Iduladha pagi ini di halaman Istana Bogor dengan jemaah terbatas. Bertindak sebagai muazin, imam, dan khatib adalah anggota Paspampres," tulis akun Jokowi.

Namun sebagian warganet berkomentar miring. Sebab, salat Iduladha tidak membutuhkan muazin. "Sejak kapan salat id ada muazin? Muazin kan tukang azan. Salat id enggak pakai azan, Min. Coba di-edit postingannya!" kata salah satu akun.

Karena banyak yang berkomentar mengenai kata muazin itu, akibatnya banyak pertanyaan mengenai hal itu yang ditujukan kepada Muhammad Zainul Majdi, ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia.

Melalui unggahan Instagram/@tuangurubajang, pendakwah yang juga mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat itu menjawab berbagai pertanyaan terkait hal itu. "Karena ini masalah fikih, saya kutipkan saja tulisan Imam Nawawi RA dalam Al-Mahmu, salah satu kitab babon dalam fikih Syafii," ungkap ulama yang akrab disapa Tuan Guru Bajang itu.

Dituliskannya, Imam Syafii dan Ashab (para tokoh utama mazhab Syafii) mensunnahkan ucapan: ash-shalatu jamiah (saat salat id), berdasarkan qiyas dengan salat gerhana. Imam Syafii mengatakan dalam bukunya Al-Umm, "Aku suka apabila imam memerintahkan muazin menyerukan di salat id dan salat lain yang dilaksanakan secara berkumpul, ash-shalatu jamiah," tulisnya.

Dengan demikian, istilah muazin juga bisa digunakan dalam salat id. Namun yang diserukan bukan azan yang biasa, melainkan ucapan "ash-shalatu jamiah".

"Pesan saya untuk diri saya dan kita semua, mari beragama dengan kejernihan dan kerendahan hati. Jauhkan diri dari sifat gampang menyalahkan apalagi menghina orang lain. Siapapun itu. Apalagi kalau kita sendiri ternyata masih fakir ilmu," tutupnya. (*)

Editor: Rizki