Berbekal Hobi Masa Muda, Pengrajin Kain Perca di Balikpapan Hasilkan Pundi-Pundi Rupiah
Penulis: Nur Rizna Feramerina
Sabtu, 17 Juli 2021 | 818 views
Balikpapan, Presisi.co – Pekerjaan paling menyenangkan adalah hobi yang dibayar. Begitu kira-kira ungkapan yang cocok bagi Lily Handayani, 44 tahun yang saat ini menjual berbagai macam produk dari kain perca.
Berbekal hobi masa mudanya itu, dia berhasil meraih pundi-pundi rupiah dengan modal yang tidak terlalu banyak. Bahkan bisa dibilang modalnya sangat murah. Lily sempat vakum dari hobinya itu beberapa waktu. Namun, sejak 2012 dia kembali menekuni hobi menjahit kain perca dan menghasilkan berbagai macam produk. “Mulai aktif tahun 2012 setelah melahirkan. Cari kegiatan di rumah sambil menjaga si kecil karena saat itu berhenti kerja. Kemudian saya putuskan menekuni hobi lama,” katanya.
Lily bercerita, hobinya ini muncul karena zaman dulu kesulitan membeli mainan. Sehingga dia memanfaatkan kain perca untuk dibuat menjadi sarung kulkas, sarung televisi, dan sarung bantal. Dia juga bisa membuat boneka.
Lambat laun, dia mencoba menjual hasil karyanya, dan berhasil mendapatkan keuntungan. Namun tidak dimungkiri, dia perlu memberikan inovasi terhadap hasil jahitannya itu. “Saya inovasi. Misalnya sarung bantal itu dibuat kantong untuk tempat remote. Itu laku terjual,” terangnya.
Usahanya itu cukup laris dibeli masyarakat Balikpapan. Bahkan, pesanan sempat datang dari Pulau Jawa. Namun, ketika pandemi melanda, diakuinya pesanan berkurang drastis karena barang-barang yang dia hasilkan bukanlah kebutuhan pokok.
Seperti diketahui, pada awal pandemi banyak masyarakat berburu masker. Bahkan masker-masker di apotek tidak lagi tersedia. Dari situ, dia mulai memanfaatkan kain-kain perca sebagai masker kain. Nah, masker kain ini dibagikan ke teman-temannya. Sejak saat itu, pesanan masker kain membanjiri Lily. Perlahan tapi pasti, usahanya kembali berjalan meski tidak selancar ketika Covid-19 belum mewabah.
Biasanya, dia dibantu seorang teman ketika membuat souvenir dari kain perca. Namun selama pandemi, dia terpaksa harus membuat sendiri. “Kecuali ada banyak pesanan, baru saya minta tolong teman. Seperti waktu itu pernah ada pesanan 500 pcs masker,” ujarnya.
Tidak hanya boneka, sarung, dan masker, Lily juga membuat berbagai macam jenis tas hingga selimut untuk tidur. Semuanya, kata Lily, bermodalkan kain perca. Namun, untuk selimut dia menjelaskan butuh waktu yang lama untuk menyelesaikan satu selimut.
Untuk modal, kata Lily kain perca didapatkannya gratis. Sementara bahan pendukung lainnya seperti resleting, dakron boneka, dan bahan lainnya yang membutuhkan modal. “Kalau resleting biayanya tidak terlalu mahal. Dakron boneka agak mahal karena saya mau dakron yang bagus. Kira-kira modalnya itu 30 persen dari harga jual. Untuk keuntungannya sekitar 70 persen. Tapi kalau pesanan banyak harus menekan harga. Sekarang berkurang juga, jadi sekitar 40 persen dari harga jual,” ungkapnya.
Saat ini, Lily masih bermodalkan media sosial Instagram di @safinaquilt_new untuk memasarkan produk-produknya. Namun, dalam waktu dekat dia akan terjun ke marketplace agar bisa menjangkau pelanggan dari seluruh Indonesia.
Mengenai harga, masker dibanderol mulai dari Rp 10 ribu tergantung kainnya. Sarung bantal mulai dari Rp 40 ribu sampai Rp 100 ribu. Tas kosmetik mulai Rp 15 ribu. Tas tenun kecil mulai Rp 30 ribu. Tas besar Rp 150 ribu. Tas rajut sekitar Rp 300 ribu dan tas Macramé Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu. Sementara selimut mulai dari Rp 500 ribu. (*) Editor: Rizki