search

Daerah

Ayunda RamadhaniRumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada SamarindaAnak Sering Main Smartphone

Bahaya Anak Terlalu Sering Gunakan Gadget, Ini Langkah yang Bisa Dilakukan Orangtua

Penulis: Nur Rizna Feramerina
Kamis, 15 Juli 2021 | 694 views
Bahaya Anak Terlalu Sering Gunakan Gadget, Ini Langkah yang Bisa Dilakukan Orangtua
Ilustrasi. (freepik)

Balikpapan, Presisi.co - Kemajuan teknologi terutama handphone atau gadget saat ini dampak positif bagi anak-anak usia dini hingga anak usia sekolah dasar (SD). Namun dampak negatif juga turut mengiringi. Terlebih, jika penggunaan gadget melebihi batas wajar.

Saat ini, anak-anak terpaksa terus menggunakan gadget untuk sekolah daring. Tak jarang anak terus menggunakan gadget meski waktu sekolah daring telah usai.

Psikolog Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Samarinda, Ayunda Ramadhani menjelaskan, alasan anak menjadi kecanduan menggunakan gadget adalah karena adanya hormon senang yang timbul di otaknya. "Kecanduan gadget itu mekanismenya sama dengan kecanduan sabu atau zat adiktif lainnya, karena ketika melihat gadget itu memicu hormon senang, jadi anak itu pengin terus main gadget," jelasnya.

Ketika anak sudah masuk ke dalam tahap kecanduan, biasanya akan berdampak ke gangguan fungsi sehari-hari. Misal, anak selalu ingin menggunakan gadget, marah ketika kuota atau baterai gadget habis, memengaruhi kesehatan mata, kemudian menimbulkan kelelahan secara fisik, juga terganggu di segi akademik.

Selain berdampak ke kesehatan anak, penggunaan gadget secara berlebih juga berpotensi ancaman dari predator seks yang banyak berkeliaran di dunia maya. Bahkan, saat ini tak jarang banyak konten di media sosial yang menyelipkan unsur pornografi. "Konten berbau pornografi bisa memicu zat dopamine di otak, makanya bikin ketagihan. Game-game kekerasan juga perlu diwaspadai," ujarnya.

Lantas, apa yang harus dilakukan orangtua untuk meminimalisasi penggunaan gadget dan menghindari dampak-dampak buruk tersebut? Ayunda menyebut, orangtua harus selalu memberikan pendampingan ketika anak tengah menggunakan gadget, apalagi ketika mengakses internet. Selain itu, orangtua juga harus memperkaya literasi digital dengan mengunduh aplikasi ramah anak. Cara lainnya, orangtua perlu memberikan batasan penggunaan gadget terhadap anak.

Bahkan ketika ucapan dan tingkah laku anak sudah tidak sesuai dengan usianya karena terlalu banyak melihat konten-konten dewasa, orangtua perlu mengambil langkah cepat untuk mengatasi hal itu. "Orangtua harus mencari tahu dulu dari mana sumbernya anak berkata kasar, ketika sudah tahu, ya hapus aplikasinya, misalnya Youtube diganti dengan Youtube Kids," terangnya.

Ketika anak mendapatkan konten yang tepat, lanjut Ayunda, maka kecerdasan anak akan terangsang. Saat ini, menurutnya sudah banyak konten atau game seperti puzzle, belajar bahasa, belajar menyanyi yang bisa memberikan dampak positif terhadap anak.

Di sisi lain, anak juga harus diajak berdialog mengenai bagaimana perasaan anak jika ada temannya yang berkata kasar kepadanya. "Biar menumbuhkan rasa empatinya dan akan berubah. Asalkan dibarengi kontennya tidak ditonton lagi. Kemudian anak juga harus dibarengi aktivitas fisik biar tidak terfokus ke gadget terus," ujarnya.

Namun jika semua cara itu dirasa tidak ampuh, orangtua diminta menghubungi profesional untuk meminta bantuan. "Profesional bisa melakukan terapi, modifikasi perilaku, konseling keluarga dan anak. Namun, kalau kasusnya cukup ekstrem seperti tidak bisa tidur, terobsesi, prestasi anjlok, hingga cemas, berarti anak perlu bantuan psikiatri," ungkap Ayunda. (*)

Editor: Rizki

Baca Juga