Permintaan Peti Jenazah Covid-19 Balikpapan Meningkat Lagi, Pernah Dapat Pesanan 12 Peti dalam Sehari
Penulis: Nur Rizna Feramerina
Jumat, 02 Juli 2021 | 893 views
Balikpapan, Presisi.co - Permintaan peti untuk memakamkan jenazah Covid-19 di Balikpapan semakin meningkat. Padahal, beberapa bulan terakhir permintaan peti mulai menurun.
Selama kasus Covid-19 di Balikpapan cenderung melandai beberapa waktu belakangan, Andri, pembuat peti jenazah sekaligus Ketua Yayasan Kasimo Balikpapan tetap menyiapkan 50 peti. Sehingga jika sewaktu-waktu dibutuhkan, maka ia tidak terburu-buru membuat peti. Padahal sebelumnya beberapa tukang telah dipulangkan karena menurunnya permintaan.
Saat tingginya kasus positif yang meninggal dunia, ia pernah menerima pesanan hingga 12 peti. "Kami bisa produksi hingga 20 peti per hari. Tapi saat itu ada permintaan 12 peti sekaligus karena ada 12 orang yang meninggal dunia," kata Andri, Jumat 2 Juli 2021.
Peti-peti ini diproduksi di workshop miliknya di Km 15 Balikpapan Utara. Setiap rumah sakit seperti RSUD Beriman, RSKD dan RSPB selalu memesan peti cadangan setidaknya lima peti. Ini untuk mengantisipasi bila ada pasien yang meninggal di waktu-waktu tertentu.
Selama ini, ia selalu membuat peti berdasarkan koordinasi dengan Satgas Covid-19. Ia tak pernah melayani pesanan dari perusahaan swasta. "Walau yang meninggal karyawan swasta, tetap ditangani oleh Satgas Covid-19," ujarnya.
Bahkan, pesanan pernah datang dari luar kota seperti Bontang. Saat itu, peti jenazah di Bontang sedang habis. Sehingga mereka membeli dari Yayasan Kasimo. "Mereka pesan 10 peti," terangnya.
Menariknya, peti produksi Andri ini berbeda dengan peti-peti jenazah Covid-19 di Jakarta. Di Balikpapan, peti tetap menggunakan bahan yang layak seperti triplek dan dicat serta dilengkapi plastik pembungkus. Harga satuan peti dewasa ia jual seharga Rp 1,7 juta. Untuk anak-anak Rp 1,3 juta. "Itu anggaran dari Kemenkes. Kami sesuaikan juga, yang penting layak. Kalau kami gunakan tenaga tukang Balikpapan enggak menutup (keuntungan)," urainya. (*)