Milenial Samarinda, Maknai Hari Kesaktian Pancasila Tanpa Rasisme
Penulis: Putri
Senin, 01 Juni 2020 | 911 views
Samarinda, Presisi.co - Tepat 75 tahun lalu, Presiden pertama Indonesia Ir. Soekarno memprokalmirkan lima sila atau dasar negara Indonesia dalam sidang pertama Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), tepatnya tanggal 1 Juni 1945.
Dalam sidang tersebut, Bung Karno menyampaikan lima sila yang merupakan konsep dasar negara Indonesia. Ia merangkum kelima sila tersebut dalam satu kesatuan yakni Pancasila.
Berkaitan itu, wartawan Presisi mewawancarai beberapa milenial yang ada di Kota Tepian mengenai makna dari Pancasila itu sendiri.
Windi (23) mengatakan, sebagai warga negara Indonesia memaknai Pancasila itu sendiri dengan cara memahami diri sendiri dengan baik. Dengan pola pikir ala milenial, ia mengajak masyarakat seusianya untuk tetap menjaga kelima sila tersebut.
“Maknanya khusus, lebih ke anak-anak muda Indonesia,” katanya yang dijumpai saat sedang berjalan-jalan di salah satu mall di Samarinda, Senin (1/6/2020) siang.
Kemudian, Windi menuturkan bahwasanya sebagai anak muda atau generasi milenial terus melanjutkan perjuangan para pendahulu dengan cara mengamalkan Pancasila dengan sebaik-baiknya. Caranya dengan tidak merundung sesama. Tidak ada bullying atau rasisme.
"Sesuai dengan sila ke 3 yakni 'Kemanusiaan yang adil dan beradab'," ucapnya.
Windi mencontohkan, seperti yang terjadi di Minneapolis dimana isu rasisme disana terjadi. Hingga hashtag #BlackLiveMatter pun ramai dan trending di media sosial.
"Nah jangan sampai di Indonesia khususnya di Samarinda terjadi yang seperti itu," lanjutnya.
Hal senada juga di sampaikan oleh Muhammad Riduan (23). Ia memaknai hari Pancasila sebagai hari tanda juang dimana Indonesia bisa bersatu dengan adanya Pancasila.
"Paradigma kita menjadi satu karena itu," ucapnya.
Terkait isu rasisme, ia mengatakan hal tersebut tergantung kepada pandangan dari tiap individu. Karena terkadang, ada beberapa orang yang menganggap Pancasila itu penting dan memegang teguh nilai-nilai dasarnya, namun ada pula yang tidak.
"Secara pribadi saya tidak setuju dengan rasisme, untuk apa ada itu, jika kita bisa bersama," pungkasnya.