Kaltim Genjot Transformasi Akademik, Siswa Mulai Usia 10 Tahun Wajib Menulis Esai Mingguan
Penulis: Akmal Fadhil
Selasa, 18 November 2025 | 14 views
Plt Kadisdikbud Kaltim, Armin. (Presisi.co/Akmal)
Samarinda, Presisi.co – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) meluncurkan kebijakan baru yang menargetkan lahirnya budaya riset dan berpikir kritis di sekolah.
Mulai usia 10 tahun, seluruh siswa di Kaltim diwajibkan menulis esai setiap pekan sebagai bagian dari pembiasaan akademik.
Plt Kepala Disdikbud Kaltim, Armin, mengatakan bahwa budaya menulis di Indonesia selama ini mulai terlalu terlambat, karena baru diperkuat di jenjang perguruan tinggi.
“Pembiasaan riset biasanya baru muncul saat S1 atau S2. Padahal kemampuan bernalar harus dibentuk sejak kecil,” ucapnya Selasa 18 November 2025.
Menurut Armin, kewajiban menulis esai bukan sekadar tugas rutin, melainkan pondasi untuk membangun tradisi akademik yang kuat di sekolah.
“Sekolah yang unggul punya budaya menulis yang hidup. Itu yang ingin kita bangun di seluruh sekolah Kaltim,” katanya.
Program ini terintegrasi dengan kegiatan riset berbasis proyek.
Setiap siswa diwajibkan menghasilkan karya ilmiah sederhana, mulai dari observasi lapangan, laporan eksperimen kecil, hingga inovasi yang relevan dengan lingkungan mereka. Tradisi ini mulai menunjukkan hasil. Pada ajang Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) terbaru, Kaltim tercatat sebagai provinsi dengan jumlah karya ilmiah terbanyak di tingkat nasional.
“Lima finalis berasal dari Kaltim tiga dari SMA Suruh dan dua dari KPEC. Itu bukti budaya riset sedang tumbuh,” jelas Armin.
Selain siswa, guru menjadi fokus penguatan. Armin mencatat banyak guru masih kesulitan memproduksi tulisan ilmiah maupun menyusun jurnal.
“Kalau kita ingin siswanya berkembang, gurunya juga harus berkembang. Karena itu kami siapkan pelatihan penulisan ilmiah dan pembuatan jurnal,” ujarnya.
Untuk mempercepat transformasi akademik, Disdikbud Kaltim menggandeng University of Adelaide, Australia. Perguruan tinggi tersebut akan memberikan pendampingan riset, pelatihan bilingual, serta sesi pembelajaran reguler secara online maupun kunjungan langsung.
“Mereka menilai ekosistem akademik kita sedang bertumbuh, dan bersedia mendampingi secara berkala,” kata Armin.
Armin optimistis pembiasaan menulis dan riset sejak dini akan memperkuat posisi Kaltim dalam peta prestasi nasional.
“Anak yang terbiasa menulis, terbiasa berpikir. Dan siswa yang terbiasa berpikir akan selalu unggul. Itu target besar kita ke depan,” tutupnya. (*)