Penulis: Rafika
Presisi.co - Sosok Muntaz Halilintar baru-baru ini menjadi sorotan warganet. Pasalnya, anak kesembilan Gen Halilintar itu diduga melakukan pelecehan agama.
Hal ini bermula dari video gym Muntaz Halilintar yang menuai pro dan kontra. Dalam video tersebut, Muntaz Halilintar memperagakan gerakan salat seperti gerakan gym.
Adik Atta Halilintar itu memperlihatkan gerakan rukuk, sujud, duduk dalam salat, hingga salam, yang dilakukan sebagai bagian dari aktivitas nge-gym. Ia juga terlihat mengenakan peci hitam, yang umumnya digunakan pria saat beribadah.
Sayangnya, video asli yang diunggah oleh Muntaz Halilintar diduga telah dihapus. Meski diduga telah dihapus dari akun aslinya, video tersebut sudah tersebar luas setelah diunggah ulang oleh berbagai akun di TikTok dan Instagram.
"Ini tidak bisa dibiarkan saat seorang bocil muslim memperaktekan gym dengan gerakan salat," keterangan dalam video.
Tak butuh waktu lama, video tersebut menuai reaksi keras dari warganet. Banyak yang mengecam aksi Muntaz melakukan gerakan salat sambil nge-gym tersebut.
Banyak yang menganggapnya sebagai bentuk penistaan agama karena sudah mempermainkan gerakan ibadah salat
"Demi apa ya bikin konten kek gini, bawa-bawa gerakan salat. Emang keluarga suka cari sensasi," komentar warganet.
"Demi konten haruskah ibadah jadi candaan gini?" celetuk warganet lain.
"Ini pelecehan terhadap agama. Wajib diproses hukum," nilai warganet tegas.
Namun, ada pula yang mencoba melihat dari sudut pandang berbeda. Beberapa warganet menilai bahwa maksud Muntaz mungkin sekadar menunjukkan gerakan salat memiliki manfaat bagi tubuh, seperti olahraga atau yoga.
"Secara gak langsung gerakan salat itu adalah gerakan olahraga atau yoga. Konten mumtaz hanya memberi tahukan bahwa ini lho gerakan salat yang meneyerupai gerakan olahraga di gym. Bukan dengan maksud menistakan. Itu dari sudut pandangku ya," komentar warganet.
"Mungkin maksud dia tuh gerakkan salat tuh sama seperti gym bisa menyehatkan badan, gtu loh," komentar warganet lain berusaha berpikir positif. (*)
Editor: Rafika
