search

Berita

PuasaPuasa DzulhijjahHukum Puasa DzulhijjahPuasa ArafahIduladhaIduladha 2024

Bolehkah Puasa Dzulhijjah Tidak Full 9 Hari? Jangan Sampai Salah, Begini Hukumnya Menurut Islam

Penulis: Rafika
Minggu, 09 Juni 2024 | 1.419 views
Bolehkah Puasa Dzulhijjah Tidak Full 9 Hari? Jangan Sampai Salah, Begini Hukumnya Menurut Islam
Ilustrasi berpuasa. (Freepik)

Presisi.co - Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang sangat istimewa dalam kalender Hijriyah. Sebab, bulan ini menjadi waktu dilaksanakannya beberapa amalan mulia seperti ibadah haji dan kurban.

Selain haji dan kurban, umat Islam juga dianjurkan melakukan ibadah puasa sunnah Dzulhijjah. Puasa sunnah Dzulhijjah juga merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan.

Keutamaan melaksanakan puasa Dzulhijjah adalah Allah SWT memberikan ganjaran pahala yang sama seperti melaksanakan ibadah puasa setahun dan malam Lailatul Qadar

"Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam Lailatul Qadar" (HR At-Trmidzi).

Puasa Dzulhijjah dilaksanakan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, tepatnya pada tanggal 1-7 Dzulhijjah. Diikuti Puasa Tarwiyah tanggal 8 Dzulhijjah. Sedangkan puasa Arafah dan dilaksanakan tanggal 9 Dzulhijjah. Artinya, rangkaian puasa di bulan Dzulhijjah jika dilaksanakan secara penuh adalah 9 hari berturut-turut.

Puasa Dzulhijjah pada tahun 1445 H atau 2024 dapat dilaksanakan mulai dari Sabtu, 8 Juni hingga Minggu, 16 Juni 2024.

Namun, bolehkah jika puasa kita tidak dilakukan selama 9 hari berturut-turut?

Perlu diketahui bahwa hukum puasa Dzulhijjah ialah sunah, sehingga tidak berpuasa selama 9 hari penuh pun diperbolehkan. Meski tidak berpuasa selama 9 hari berturut-turut, puasa Dzulhijjah yang dilakukan pada hari lainnya tetap terhitung sah.

Namun, berpuasa penuh selama 9 hari sangat dianjurkan. Amalan ini kerap dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya sebagaimana disebutkan dalam hadis di bawah ini:

“Empat hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Rasulullah SAW, yaitu berpuasa di hari Asyura (tanggal 10 Muharram, berpuasa di sepuluh hari pertama (1-9 Dzulhijjah), berpuasa tiga hari di setiap bulan, dan salat dua rakaat sebelum Subuh,” ujar Imam Ahmad, Imam Al-Nasa’i, dan Ibnu Hibban dari Sayyidah Hafshah.

Sementara itu, dalam kanal YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya, pernah mengingatkan bahwa di antara 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, puasa yang paling dianjurkan adalah puasa pada hari Arafah yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah.

Oleh sebab itu, Buya Yahya mengingatkan agar umat muslim tidak keliru dalam menjalankan puasa Dzulhijjah. Misalnya, sudah berpuasa selama delapan hari, tetapi justru meninggalkan puasa Arafah.

Puasa Arafah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan menjelang hari raya Iduladha memiliki keutamaan dapat menghapuskan dosa dua tahun lalu dan dua tahun yang akan datang.

“Menyempurnakan di hari-hari sebelumnya mulai tanggal 1 sampai 9 (Dzulhijjah), Anda boleh puasa. Cuman, puasanya yang bener dong. Jangan (tanggal 1–8 Dzulhijjah) puasa, tapi tanggal 9 Dzulhijjah nggak, itu ketuker,” ujarr Buya Yahya, dilansir dari Suara.com.

Puasa Arafah sangat dianjurkan untuk dilaksanakan menjelang hari raya Iduladha. Sebab, ibadah ini memiliki keutamaan dapat menghapuskan dosa dua tahun lalu dan dua tahun yang akan datang.

"Puasa hari Arafah dapat menghapuskan dosa dua tahun yang telah lepas dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang lepas" (HR Muslim). (*)

Editor: Rafika