search

Berita

profil filep karmafilep karma meninggal

Profil Filep Karma, Aktivis Papua yang Ditemukan Meninggal di Pinggir Pantai

Penulis: Redaksi Presisi
Rabu, 02 November 2022 | 690 views
Profil Filep Karma, Aktivis Papua yang Ditemukan Meninggal di Pinggir Pantai
Filep Karma (Sumber: Istimewa)

Presisi.co Aktivis Papua, Filep Karma, ditemukan meninggal dunia di pantai Base G, Jayapura. Berdasarkan informasi kepolisian, jasadnya ditemukan warga sekitar pukul 07.00 Wita. Sosok yang selalu getol menyuarakan kemerdekaan Papua. 

Dilansir dari Suara.com, Jejaring Presisi.co, Filep lahir pada 14 Agustus 1959. Dalam buku bertajuk “Seakan Kitorang Setengah Binatang” dan “Dari Roma hingga Indonesia”, terbitan Neo Historia. Filep, yang lahir di Biak, berasal dari keluarga yang cukup terpandang.  Ayahnya, Andreas Karma, pernah menjabat sebagai Bupati Wamena dan Serui.

Pada 1979, Filep hijrah ke Solo, Jawa Tengah, menempuh pendidikan tinggi di Universitas Sebelas Maret. Mengambil jurusan Ilmu Politik, pengalaman hidupnya di sana membuka pikirannya. Banyak orang Papua sering mendapat diskriminasi, mereka dianggap manusia tidak semporna.

Filep berulang kali secara tegas menuturkan pengalamannya itu dengan kalimat "Kitorang yang dari Papua sering dianggap setengah binatang. Kitorang dianggap seakan-akan kitorang evolusi dari teori Darwin, proses dari hewan berubah jadi manusia," katanya.

Setelah lulus pada 1987, Filep kembali ke Papua dan bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) di Jayapura. Ia menikah dengan Ratu Karel Lina, seorang perempuan beretnis Jawa-Melayu. Dan dikaruniai dua orang anak.Pada 1997, Filep melanjutkan studinya di Asian Instutute of Management, Manila, Filipina. Namun ia tidak menyelesaikan studi tersebut. Sepak terjangnya di dunia politik pun dimulai setahun berikutnya.

2 Juli 1998, Filep Karma memimpin sebuah demonstrasi di Biak, Papua. Demonstrasi tersebut menuntut kemerdekaan Papua. Bersama 75 orang lainnya, ia berkumpul, bernyanyi, meneriakkan yel-yel kemerdekaan bahkan mengibarkan bendera Bintang Kejora.

Aparat yang menjaga demonstrasi itu pun membalas represif dengan menembakkan gas air mata. Tapi, mereka tidak bergeming. Bendera Bintang Kejora masih berkibar tinggi dan tidak diturunkan.

Demonstrasi tersebut berlanjut selama empat hari hingga 6 Juli 1998. Di hari yang dikenal sebagai peristiwa Biak Berdarah itu, aparat yang berjaga mengepung ratusan demonstran dan menembakkan senjata berpeluru tajam.

Delapan orang meninggal dilaporkan dalam peristiwa tersebut. Namun menurut catatan organisasi nirlaba, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS). Ditemukan sekitar 32 mayat tidak beridentitas di pantai pulau Biak beberapa hari setelah kejadian itu.

Filep bernasib lebih baik, hanya tertembak peluru karet di bagian kaki. Namun, ia ditangkap atas tuduhan penghasutan dan dihukum 6,5 tahun penjara. Setelah menjalani hukuman sekitar 1,5 tahun, ia bebas pada 20 November 1999.

Namun, Filep sepertinya tidak pernah gentar dengan penguasa. Pada 1 Desember 2004, ia kembali ditangkap karena terlibat dalam upacara pengibaran Bintang Kejora di Abepura, Jayapura.

Filep ditangkap bersama aktivis Papua Merdeka lainnya, Yusak Pakage. Mereka didakwa telah melakukan makar dan penghasutan. Alhasil, divonis hukuman 15 tahun penjara. Keduanya baru bebas pada 19 November 2015, setelah menjalani 11 tahun hukuman di Lembaga Permasyarakatan Abepura.

Meski menuntut kemerdekaan papua, Filep mengaku menentang cara-cara kekerasan dalam setiap aksinya.Dalam buku Seakan Kitorang Setengah Binatang, ia mengaku ingin mengedepankan cara yang partisipatif dengan pemerintah Indonesia. Menurutnya, kekerasan tidak akan menghasilkan apa-apa.

“Dialog antara dua orang bermartabat. Dan bermartabat berarti tidak menggunakan kekerasan," tutupnya. Pejuang kemanusiaan itu kini telah tiada. Beristirahatlah dengan tenang di sisi Bapa di Sorga. Selamat jalan, Filep Karma. (*)

 

Editor: Bella

Baca Juga

Aktivis Papua Filep Karma, Meninggal Dunia
Berita

Aktivis Papua Filep Karma, Meninggal Dunia