search

Daerah

Open BO di SamarindaProstitusi Online di SamarindaPenyakit Kelamin

Cerita Pengguna Jasa Open BO asal Samarinda: Awalnya Aman, Akhirnya Kena Penyakit

Penulis: Jeri Rahmadani
Rabu, 21 Juli 2021 | 12.446 views
Cerita Pengguna Jasa Open BO asal Samarinda: Awalnya Aman, Akhirnya Kena Penyakit
Ilustrasi. (freepik)

Samarinda, Presisi.co – Lelaki asal Samarinda, Don Juan, bukan nama sebenarnya, merupakan salah satu dari sekian banyak lelaki hidung belang yang menjajal prostitusi online (open BO).

Kepada Presisi.co, Don Juan mengaku, pertama kali menggunakan jasa open BO melalui Twitter pada 2015 lalu. Saat itu ia berhasil memadu janji dengan Mawar, bukan nama sebenarnya, pada pukul 19.00 WIB di salah satu hotel berbintang di Surabaya.

Tarif perempuan itu Rp 300 ribu untuk short time. Namun ia mesti membayar uang muka Rp 150 ribu ke perempuan tersebut dengan alasan untuk menyewa kamar hotel.

Dengan seluruh konsekuensi yang ada, ditipu atau tidak, Don Juan sudah tak terlalu mempersoalkan. Ia hanya coba-coba. Namun di percobaan pertamanya itu, ia berhasil memuaskan birahinya.

Sebelum berhubungan badan, ada aturan main dari Mawar. Ia harus membersihkan badan terlebih dahulu dan wajib mengenakan kondom.

Andai kata waktu itu ia ditipu, ada kemungkinan dirinya tidak akan pernah memakai jasa open BO seumur hidupnya. "Tapi ternyata itu sungguhan," ujar Don Juan, belum lama ini.

Setelah berkali-kali menggunakan jasa open BO, Don Juan pun tahu selanya. “Kalau dia minta DP (down payment), saya tidak mau lanjut. Saya lebih percaya kalau janji ketemuannya di indekos, guest house, atau hotel," kata Don Juan.

Dalam bisnis prostitusi online, menurutnya, ada semacam kasta. Kelas VIP untuk perempuan yang cantik dan montok. Sedangkan kelas ekonomi untuk yang berwajah biasa saja.

Ia menyebut, tarif open BO untuk kelas VIP paling murah sekitar Rp 700 ribu dan Paling mahal Rp 1,5 juta untuk short time. Sedangkan untuk long time bisa sampai Rp 5 juta. Untuk kelas ekonomi paling mahal Rp 300 ribu.

Don Juan mengaku hanya pernah menggunakan open BO kelas ekonomi. Lokasi andalannya di indekos, guest house, atau penginapan yang disediakan penjaja open BO.

Sehabis dilayani, Don Juan selalu menyempatkan untuk mengobrol dengan PSK online itu. Impitan ekonomi menjadi alasan mereka terjebak dalam dunia gelap itu.

Ada juga PSK yang mengaku melayani pria setelah mengisap sabu. Dengan begitu, bisa melayani pelanggan hingga lima kali.

Keranjingan dengan film dewasa dan kesepian menjadi menjadi alasan Don Juan memakai layanan prostitusi online. Dalam setahun, ia mengaku bisa lima kali bersenggama dengan pelacur. Ia menyukai pelacur bertubuh montok. Menurutnya bentuk wajah tak penting.

Ia menyewa pelacur ketika keluar kota, atau saat pacarnya yang keluar kota. “Kalau pacar saya di Samarinda, aplikasinya pasti saya hapus dari handphone," imbuhnya.

Ia pernah mencoba jasa pemuas birahi ini di Samarinda pada 2016 lalu. Layanannya berupa memaparkan foto dan video perempuan tanpa sehelai benang pun. Don Juan terkejut. Ternyata perempuan tersebut temannya semasa SMA. Layanan prostitusi dengan tarif seperti ini didapatnya dari aplikasi percakapan online yang kini marak diselewengkan. "Hanya dengan membayar Rp 100 ribu, bisa mendapat beberapa album foto dan video dari dia. Sebenernya dia teman saya. Tapi posturnya membuat saya tertarik," terangnya.

Kutukan Penyakit Kelamin

Kerap berganti-ganti pasangan dalam berhubungan badan, ia mengakui takut HIV. Bahkan ia pernah kena kencing nanah. Ini terjadi pada 2016 lalu. Menurutnya itu terjadi lantaran tidak pakai kondom. Sebab ia pernah dicemooh teman lantaran main pakai kondom. "Ibarat mengupil pakai sarung tangan. Itu kata teman saya," beber Don Juan.

Itu terjadi saat menggunakan jasa open BO di salah satu hotel di Samarinda. Penginapan berbintang itu disebutnya sarang prostitusi online. Perempuan tersebut tidak mensyaratkan apapun, kecuali jangan berhubungan lewat “belakang”. Sehingga ia berhubungan badan tanpa mengenakan kondom.

Selesai berhubungan badan, ia merasa aman-aman saja. Tak ada tanda tertentu. Keesokan harinya, ia merasa perih saat kencing dan ada nanah di ujung kelamin. Dari situ orangtua jadi tahu dan marah bukan main.

Kemudian ayahnya memberikan satu tablet obat antibiotik berwarna putih dengan bungkus biru seharga Rp 11 ribu. Obat ini mudah didapatkan di toko obat di Kota Tepian.

“Obat itu bisa menyembuhkan kencing nanah. Nama obatnya saya tidak ingat. Sebenarnya obat ini untuk penyakit tipes, karena membunuh bakteri. Diminum sehari sekali," ucapnya.

Setelah meminum dua kali, ia merasa penyakitnya mereda. Namun penyakit itu tidak hilang selama dua hari begitu saja. Sterilisasi, disebutnya membutuhkan waktu enam bulan sampai setahun lamanya. "Bakterinya masih ada walaupun nanahnya sudah hilang. Kalau suami bersetubuh dengan istri dalam masa enam bulan itu, biasanya terjadi keputihan pada perempuannya," urai Don Juan. (*)

Editor: Rizki