Ary Ginanjar ESQ Jadi Dewan Pakar Pemuda Pancasila, Ajak Kader Kedepankan Hati
Penulis: Presisi 1
Rabu, 07 April 2021 | 1.166 views
Jakarta, Presisi.co – Ada yang berbeda dari pleno I dan rapat koordinasi Majelis Pimpinan Nasional (MPN) Pemuda Pancasila yang digelar di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jumat 2 April 2021 lalu. Dalam acara tersebut, tampak salah satu motivator ternama Indonesia, Ary Ginanjar Agustian jadi pembicara. Mengenakan seragam loreng khas Pemuda Pancasila, pendiri ESQ itu ternyata merupakan kader Pemuda Pancasila. Tak hanya itu, Ary didaulat sebagai wakil ketua Dewan Pakar MPN Pemuda Pancasila.
Kehadiran Ary Ginanjar otomatis mengubah citra organisasi kemasyarakatan yang dikenal tegas di lapangan ini menjadi wadah berkumpulnya para profesional. Ini yang secara tersirat ditegaskan oleh MPN Pemuda Pancasila yang dipimpin Kanjeng Pangeran Haryo Japto Soelistyo Soerjosoemarno.
Dalam rakornas tersebut, Ary Ginanjar memaparkan pentingnya pondasi bagi setiap organisasi. Ia mencontohkan gempa yang menghantam Jepang pada 1923. Di mana semua gedung-gedung runtuh kecuali Imperial Palace Hotel.
“Setelah diteliti, penyebab gedung ini tetap tegak adalah pondasinya yang kokoh," ujarnya.
Ary menambahkan analogi bambu yang memiliki akar yang sangat kuat. Maka, ia berharap Pemuda Pancasila bisa menjadi organisasi yang memiliki pondasi yang kuat pula.
"Akar itu adalah pondasi organisasi. Jangan sampai nanti pada 2024 jumlah anggota Pemuda Pancasila sebanyak 20 juta, tapi malah kehilangan akarnya," tegas Ary.
Ia menilai, saat ini sebagian rakyat Indonesia hampir melupakan Pancasila. Tapi, lanjut Ary, ada sekelompok orang yang terus memasang gambar Pancasila di dadanya seperti organisasi ini. "Kalau sekiranya masyarakat tahu apa yang dilakukan Pemuda Pancasila, saya kira masyarakat berbondong-bondong mau mendaftar. Tapi sekarang tinggal bagaimana komunikasinya supaya ini bisa menjadi kenyataan," imbuhnya.
Ary menyarankan kepada Japto supaya ormas ini mengedepankan hati. Sehingga mindset kader akan terus tumbuh menjadi lebih baik. “Keberanian, militansi, dan kemampuan olahnya tetap, tapi dikendalikan oleh hati. Nah ini yang kami usulkan," pungkas tokoh pembangunan karakter itu. (*)