3 Tokoh Ini Angkat Bicara soal Learning Loss dan Kesiapan Sekolah Tangguh Covid-19 Gelar Pembelajaran Tatap Muka
Penulis: Jeri Rahmadani
Rabu, 03 Februari 2021 | 1.237 views
Samarinda, Presisi.co – Usulan Dinas Pendidikan Kota Samarinda untuk melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada 14 Sekolah di Samarinda yang sebelumnya terdaftar sebagai Sekolah Tangguh Covid-19, untuk menghindari learning loss, direspon oleh pengamat pendidikan.
Learning loss merupakan suatu fenomena dimana suatu generasi kehilangan kesempatan belajar, dikarenakan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Hal itu seperti menggambarkan dampak kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam jaringan, selama masa pandemi yang dianggap masyarakat tidak efektif.
Berdasarkan hal tersebut, Kepala Sekolah (Kepsek) SMP IT Madina, Hairudin, menyatakan setuju untuk disegerakannya PTM di Sekolah yang berada dipinggiran Samarinda.
Hal itu lantaran SMP IT Madina yang juga termasuk kedalam 14 Sekolah yang diusulkan Disdik Kota Samarinda, untuk melakukan PTM, dengan pelaksanaan Prokes secara ketat.
"Pembelajaran secara online memiliki kendala dan sulit. Beberapa tidak dijangkau internet oleh siswa, karena keterbatasan media"
"Mengapa ikut mendaftarkan sebagai salah satu dari 14 sekolah. Adalah karena pembelajaran secara online itu tidak efektif," katanya pada Presisi.co, saat dikonfirmasi melalui Whatsapp Selasa (02/02/2021).
Sebenarnya apa itu learning loss? Dan bagaimana penanganannya? Beberapa Pengamat Pendidikan memliki pendapatnya sendiri.
Dikatakan Dosen FKIP Universitas Mulawarman, Sudarman. Bahwa yang dimaksud learning loss ini tidak kemudian diartikan seperti satu generasi itu hilang secara pemahaman. Namun, hanya tidak maksimal disebabkan proses pembelajaran yang berlangsung.
"Merefleksikan diri toh. Dulu kita belajar tatap muka, mendapatkan penjelasan-penjelasan yang jelas.Tidak ada hambatan media. Kalau online, saat kita tidak mendengarkan, atau tiba-tiba jaringan rusak, nah itu dalam informasi yang disampaikan terdapat miss. Dan kemudian mengganggu pemahaman siswa," jelas Sudarman, saat dikonfirmasi Presisi.co via Whatsapp, Selasa (02/02/2021).
Lanjut dikatakan Sudarman, bahwa learning loss memang dapat terjadi pada situasi tertentu. Dan menurutnya, pandemi Covid-19, merupakan alasan terbesar mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Selain itu, Sudarman juga membantah adanya klaim yang menyebut bahwa learning loss sudah terjadi di Indonesia, bahkan sebelum adanya Pandemi covid-19.
"Misalnya, di daerah-daerah terpencil. Seperti di Papua, di Wamena, yang daerah ujung ya learning loss. Karena apa? Pemerataan guru yang belum rata. Tapi kalau mengatakan secara generik, bahwa Indonesia learning loss bahkan sebelum pandemi, itu tidak tepat menurut saya," ujarnya pada Presisi.co.
Hal itu dikatakan Sudarman yang secara tidak langsung merupakan dukungan terhadap penerapan PTM pada 14 Sekolah di Samarinda.
"karena itu suatu upaya ya. Seperti apa, adalah sekolah yang sudah menerapkan protokol kesehatan. Dan kondisinya tidak seperti di kota, itu letaknya di daerah pinggiran yang jumlah siswanya itu sedikit. Contoh misalnya, ada sekolah di daerah Pampang, kemudian Berambai, itu mungkin bisa diterapkan" kata Sudarman.
Sementara itu, Sekretaris Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Provinsi Kaltim, H. Musyahrim. Menyatakan bahwa bisa atau tidaknya pemberlakuan PTM di Samarinda, harus memenuhi beberapa syarat.
Pertama, harus berkordinasi dengan Tim Satgas Covid-19. Karena mereka yang lebih tau situasi keadaan Samarinda.
Kedua, harus mendapatkan persetujuan dari orang tua siswa. Dan ketiga, guru yang memberikan pelayanan harus benar-benar sudah diperiksa dan terbebas dari covid-19.
"Paling tidak guru di tes Antigen dulu. Jangan sampai yang guru nanti yang menularkan kepada anak-anak, dan menjadi masalah. Apalagi situasi Samarinda yang sekarang lagi naik," ungkap Musyahrim.
"Kesimpulan dari saya. Jangan coba-coba mengambil sikap melakukan PTM kalau tidak ada rekomendasi dari Satgas Covid-19," tambah Musyahrim lagi.
Musyahrim kemudian mendorong agar Disdik Kota/Kabupaten, agar melakukan efektifitas dalam pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan (Daring). Sebagai upaya Pemerintah menghindari learning loss.
"Itu yang difokuskan, karena tidak ada jalan lain. Caranya apa, dilengkapi semua fasilitas yang ada, lalu dilakukan pendampingan. Guru kan boleh datang, kumpulkan anak 3-4 orang dia datang memberikan pendampingan, " terang Musyahrim.
Jadi sungguh-sungguh dilakukan begitu, dan tidak hanya melalui media sosial itu dengan memberikan tugas-tugas begitu jangan.
"Dibuatkan petunjuk teknis, jadi ada acuan. Jadi dalam proses pembelajaran harus dibuatkan Juklak dan Juknis oleh Pemerintah, dalam hal ini Dinas Pendidikan," Pungkas Musyahrim.