Mengenal Room of Tears atau Ruangan Air Mata, Tempat Pertama yang Dikunjungi Paus Terpilih Sebelum Sapa Umat
Penulis: Rafika
9 jam yang lalu | 0 views
Kemunculan pertama Paus Leo XIV di Balkon Basilika Santo Petrus pada Kamis, 8 Mei 2025.
Presisi.co - Dunia menyambut pemimpin baru Gereja Katolik. Kardinal Robert Prevost dari Amerika Serikat resmi diangkat sebagai Paus dengan nama Paus Leo XIV. Ia menggantikan Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu dan akan membimbing 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Pengangkatan Robert Prevost ditandai dengan kemunculan asap putih dari cerobong Kapel Sistina di Vatikan yang berarti para Kardinal telah mencapai mufakat dalam konklaf.
Setelah terpilih, langkah sang Paus tak langsung ke Balkon Basilika Santo Petrus. Ia terlebih dahulu menuju ruang untuk mengganti pakaian kardinal dengan jubah Paus. Ruangan itu disebut ruang air mata atau Room of Tears.
Ruang air mata atau Stanza delle Lacrime dalam bahasa Italia adalah ruangan berukuran kecil yang berada hanya beberapa langkah dari tempat konklaf. Ruangan ini merupakan antechamber di Kapel Sistina.
Istilah antechamber merujuk pada ruangan kecil yang berfungsi sebagai ruang tunggu atau ruang depan sebelum seseorang memasuki ruangan utama.
Ruangan ini menjadi tempat pertama yang disinggahi oleh Paus baru terpilih sebelum tampil di hadapan publik dan menyapa umat.
Meski dijuluki ruang air mata, ruangan mungil ini sebenarnya berfungsi sebagai tempat penyimpanan perlengkapan busana Paus. Ruangan ini menyimpan tiga ukuran jubah Paus (S, M, L) dan beberapa pasang sepatu Paus.
Di sinilah, dalam keheningan, Paus baru yang tengah berganti pakaian biasanya menangis karena menyadari besarnya tanggung jawab yang kini dipikulnya.
Sejarah mencatat bagaimana Paus Leo XIII, yang terpilih di usia 67 tahun pada 1878, merasa tak yakin sanggup menjalani amanah besar tersebut. Ia bahkan menangis karena merasa terlalu tua, tetapi nyatanya ia menjadi salah satu Paus paling berumur panjang. Paus Leo XIII meninggal pada usia 93 tahun.
Atau kisah Paus Yohanes XXIII pada tahun 1958, yang sempat bergurau pada dirinya sendiri saat melihat bayangan di cermin dengan jubah putih yang baru dikenakan sebelum menyapa umanya.
Momen-momen itulah yang menjadikan ruangan ini dijuluki Crying Room oleh sebagian orang. Jika dilihat kasat mata, ruangan ini cukup sederhana dan sunyi. Namun di ruangan inilah, seorang Kardinal berubah menjadi pemimpin spiritual umat Katolik di dunia.
Setelah berganti pakaian di ruangan tersebut, Paus yang baru terpilih akan menampakkan diri di Basilika Santo Petrus dan pertama kali menyapa publik sebagai seorang Paus. (*)