search

Daerah

Hari BumiDunia PertambanganXR Bunga Terung Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam

Peringati Hari Bumi 2025, Aktivis Bentangkan Spanduk “All Mines Are Liars” di Makroman

Penulis: Muhammad Riduan
4 jam yang lalu | 4 views
Peringati Hari Bumi 2025, Aktivis Bentangkan Spanduk “All Mines Are Liars” di Makroman
Aksi di kawasan eks tambang, Makroman, Samarinda, Selasa (22/4/2025). (Presisi.co)

Samarinda, Presisi.co – Memperingati Hari Bumi 2025, sejumlah komunitas pecinta alam menggelar aksi di kawasan eks tambang batu bara di Makroman, Samarinda, Selasa (22/4/2025). Mereka membentangkan spanduk berisi pesan kritik terhadap industri tambang yang dinilai merusak lingkungan dan mengancam keselamatan warga.

Aksi ini diinisiasi oleh XR Bunga Terung, Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam (IMAPA) UNMUL, dan Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UMKT. Sejumlah spanduk dengan tulisan “All Mines Are Liars”, “Semua yang Merusak Bumi Bukan Investasi”, hingga “Rebel Of Life” dan “Menolak Punah” dibentangkan di sekitar kawasan dan danau bekas tambang.

Perwakilan peserta aksi, Windasari yang juga Champaigner XR Bunga Terung Kaltim, menjelaskan bahwa peringatan Hari Bumi tahun ini mengusung tema “Our Power, Our Planet” atau “Kekuatan Kita, Planet Kita”.

“Kita semua didorong untuk meningkatkan kesadaran dan aksi nyata dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, dengan memanfaatkan energi ramah lingkungan seperti angin, matahari, air, dan biomassa,” ujarnya.

Namun di balik peringatan ini, Samarinda justru menjadi contoh pahit dampak destruktif industri tambang batu bara. Lubang-lubang bekas tambang yang dibiarkan terbuka telah menelan sedikitnya 51 korban jiwa sejak 2001, mayoritas anak-anak.

“Ada ratusan lubang di Samarinda, bahkan mencapai puluhan ribu lubang di Kaltim yang dibiarkan tanpa pengawasan dan tanpa tanda peringatan apapun,” ungkapnya.

Windasari menyoroti kawasan Makroman sebagai simbol tragedi lingkungan. Dulu dikenal sebagai lumbung pangan Samarinda, kini sebagian wilayahnya rusak akibat tambang, menghilangkan lahan pertanian, sumber air, hingga mata pencaharian warga.

“Lubang tambang ini bukan hanya sekadar lubang di tanah. Ia adalah simbol ketidakadilan, ketidakpedulian, dan kebohongan besar industri ekstraktif yang terus diulang dari tahun ke tahun,” tegasnya.

Dalam aksi tersebut, para aktivis juga menyampaikan tuntutan, di antaranya, Menutup seluruh lubang tambang terbuka dengan pengawasan ketat dan transparansi. Menindak perusahaan tambang yang lalai terhadap kewajiban reklamasi dan keselamatan lingkungan. Menghentikan penerbitan izin tambang baru di daerah rawan bencana ekologis dan Mendorong pendidikan dan kesadaran lingkungan bagi masyarakat.

“Jika tidak ada tindakan segera, tragedi akan terus berulang, korban jiwa bertambah, dan ekosistem kian rusak,” pesannya. (*)

Editor: Redaksi



Baca Juga