search

Opini

Cadangan Minyak IndonesiaHarga Minyak DuniaImpor Minyak

Cadangan Minyak di Indonesia Menipis, Impor Minyak Meroket

Penulis: Opini
Rabu, 28 September 2022 | 917 views
Cadangan Minyak di Indonesia Menipis, Impor Minyak Meroket
Ilustrasi. (Istimewa)

Presisi.co - Bahan bakar minyak (BBM) merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia yang pengolahan dan penyalurannya dikuasai oleh negara. BBM menjadi salah satu komoditas penting karena berperan dalam menunjang aktivitas kehidupan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. BBM termasuk sumber daya alam minyak dan gas bumi yang tidak terbarukan karena terbentuk ketika sejumlah besar organisme mati yang biasanya berupa zooplankton dan ganggang yang terkubur di bawah batuan sedimen dan mengalami panas dan tekanan.

Dengan sifatnya yang tidak terbarukan, cadangan minyak Indonesia dari waktu ke waktu terus berkurang seiring peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia. Cadangan minyak Indonesia diperkirakan hanya bertahan selama 9 tahun. Cadangan didefinisikan sebagai perkiraan volume minyak bumi  yang ditemukan di dalam batuan reservoir dan secara komersial dapat diperoleh atau diproduksikan. Cadangan dapat dibagi menjadi cadangan terbukti dan cadangan potensial. Cadangan terbukti adalah jumlah volume minyak bumi yang berdasarkan analisis data dapat diperoleh secara komersial dalam jangka waktu yang dapat ditentukan. Sedangkan cadangan potensial adalah jumlah volume minyak bumi yang diperkirakan terdapat di dalam batuan reservoir yang  berdasarkan data geologi eksplorasi masih harus dibuktikan dengan pengeboran dan pengujian. 

Menurut  data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM),  cadangan minyak Indonesia pada tahun 2021 sebesar 3,95 miliar barel yang terdiri dari 2,25 miliar barel cadangan terbukti dan 1,7 miliar barel cadangan potensial. Jumlah cadangan tersebut turun jauh dari 7,51 miliar barrel pada 2018. Saat itu, cadangan terbukti tercatat sebesar 3,15 miliar barel dan cadangan potensial 4,36 miliar barel. Pada 22 Februari 2022, jumlah cadangan terbukti minyak nasional turun menjadi 2,18 miliar barel. Penurunan jumlah cadangan minyak berakibat pada produksi minyak yang terus turun dari waktu ke waktu. Jika tidak ada penemuan baru, dalam 9 tahun ke depan, Indonesia akan mengimpor seluruh kebutuhan minyaknya. Selama 20 tahun terakhir, Indonesia telah menjadi net-importir minyak bumi akibat tingginya konsumsi minyak nasional yang tidak disertai dengan peningkatan produksi minyak dalam negeri. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) RI menunjukkan bahwa impor hasil minyak mentah Indonesia sepanjang Januari hingga Juli 2022 mencapai di angka US$14,37 miliar atau naik 97,71 persen dari periode yang sama tahun lalu. Tingginya nilai impor tersebut dipengaruhi oleh harga komoditas minyak mentah dunia yang masih tinggi sedangkan permintaan domestik mengalami peningkatan yang signifikan hingga saat ini. Pada Februari 2022, volume impor minyak mentah RI melonjak 66,5% menjadi 1,18 juta ton dari 707,7 ribu ton pada Januari 2022 secara month to month (mtm). Jika dilihat dari sisi nilai, lonjakan nilai impor meroket 87% menjadi US$ 751,3 juta dari US$ 401,5 juta pada Januari 2022. Adapun impor minyak mentah tersebut terdiri dari crude petroleum oils sebesar 1,14 juta ton, melonjak dari 595,3 ribu ton pada Januari 2022 dan impor kondensat justru turun menjadi 32,19 ribu ton dari 112,4 ribu ton pada Januari 2022. Lonjakan nilai impor disebabkan oleh melonjaknya volume impor dan harga minyak mentah. Rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ ICP) pada Februari 2022 meningkat menjadi US$ 95,72 per barel dari US$ 85,89 per barel pada Januari 2022. ICP rata-rata pada Februari 2021 tercatat sebesar US$ 60,36 per barel. Sebelumnya, BPS mengungkapkan bahwa impor minyak dan gas (migas) pada Februari 2022 mengalami kenaikan 30,19% menjadi US$ 2,90 miliar dari US$ 2,23 miliar pada Januari 2022 atau month to month (mtm). Bila dibandingkan secara tahunan atau year on year, impor migas pada Februari 2022 melonjak 122,52% menjadi US$ 2,90 miliar dari US$ 1,30 miliar pada Februari 2021.

Melihat kondisi tersebut, pemerintah perlu mengambil kebijakan untuk mengurangi impor minyak sekaligus meningkatkan produksi minyak di Indonesia. Kebijakan yang diambil berupa : 1) memikirkan terobosan baru untuk menarik investor ; 2) pemberian insentif pengembangan energi baru terbarukan (EBT) untuk mengurangi beban impor minyak bumi; 3)  efisiensi teknologi lapangan migas berupa  pengembangan teknologi pengangkatan minyak yang efisien; 4) membuat studi-studi eksplorasi migas menjadi lebih terbuka; 5) memulai penggarapan cekungan yang belum dieksplorasi; 6) merealisasikan rencana kerja pengeboran sumur eksplorasi sebanyak 29 sumur di tahun 2022: 7) mencari potensi eksplorasi yang baru; 8)  strategi partnership untuk sharing risk & cost serta technology & knowledge transfer melalui akselerasi proses kerjasama dan joint bidding domestic dan luar negeri; dan 9) implementasi penerapan biodiesel guna menekan nilai  impor minyak di Indonesia.  Pemerintah telah menyiapkan empat strategi jangka panjang untuk meningkatkan cadangan minyak nasional yakni mengoptimalisasi target dari lapangan-lapangan migas eksisting, transformasi sumber daya kontingen ke produksi, mempercepat penerapan teknologi chemical enhanced oil recovery (EOR), dan eksplorasi untuk penemuan besar. Masyarakat juga dapat ikut berperan dalam mengurangi impor minyak dengan cara  pengalihan penggunaan solar ke biofuel, penggunaan kendaraan listrik,  dan  menghemat konsumsi BBM.  (*)

Penulis: Siti Armanisa (Mahasiswa Polstat STIS)
Opini ini adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Presisi.co

Baca Juga

Siap-Siap, Harga Minyak Dunia Naik karena Stok Menipis
Internasional

Siap-Siap, Harga Minyak Dunia Naik karena Stok Menipis