Kesaksian Korban Selamat Ledakan Pemusnahan Amunisi TNI di Garut
Penulis: Rafika
3 jam yang lalu | 16 views
Ilustrasi. (depositphotos.com/Ostariyanov)
Presisi.co - Ledakan maut yang terjadi saat proses pemusnahan amunisi di Garut berujung maut pada Senin, 12 Mei 2025. Ada tiga belas korban jiwa dalam tragedi ini, empat merupakan TNI, sementara sembilan sisanya adalah warga sipil.
Anjas, salah satu korban selamat, mengungkapkan kesaksiannya terkait detik-detik mengerikan saat insiden berdarah itu terjadi.
Dalam wawancara yang ditayangkan kanal YouTube tvOneNews, Anjas mengaku berada di lokasi kejadian saat ledakan terjadi dan merenggut belasan nyawa.
Menurutnya, di lokasi tersebut memang terdapat bom lama yang tertimbun pasir dan kemungkinan belum sepenuhnya dinonaktifkan.
"Pasti kan setiap tahun ada kegiatan di situ, pasti ada bom bekas yang ditimbun pasir," kata korban selamat ledakan amunisi di Garut ini, dikutip Selasa, 13 Mei 2025.
Menurutnya, bom lama itu meledak akibat getaran dari ledakan sebelumnya yang berasal dari amunisi afkir.
"Jadi bom lama yang ketimbun pasir kena getaran, meledak," katanya.
Anjas menyebut ledakan tersebut terjadi di akhir kegiatan, saat para personel tengah bersiap-siap untuk meninggalkan lokasi.
"Meledaknya bom bekas itu terakhir, pas kami mau 'balik kanan', beres-beres, meledak," kata korban selamat ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana menjelaskan kronologi insiden tragis tersebut.
Menurutnya, ledakan terjadi saat jajaran Gudang Pusat Munisi III dari Pusat Peralatan TNI AD tengah memusnahkan amunisi afkir di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Wahyu menyampaikan peristiwa yang mengakibatkan korban jiwa di kalangan TNI AD dan masyarakat sipil itu terjadi pada Senin, 12 Mei 2025, pukul 09.30 WIB. Berikut kronologis kejadiannya:
Peristiwa tersebut terjadi pada Senin pagi, 12 Mei 2025, pukul 09.30 WIB. Wahyu menyebutkan ada tiga lubang sumur yang disiapkan untuk proses pemusnahan amunisi yang sudah tidak layak pakai.
Dua di antaranya digunakan terlebih dahulu, dan proses peledakan berlangsung aman dan terkendali.
Wahyu menuturkan, sebelum proses pemusnahan dilakukan, tim penyusun amunisi terlebih dahulu menyiapkan dua lubang sumur yang akan digunakan. Setelah proses penyusunan selesai, seluruh personel pengamanan langsung menempati pos masing-masing untuk memastikan situasi tetap terkendali.
Setelah seluruh prosedur keamanan dinyatakan terpenuhi, peledakan di dua sumur pun dilakukan untuk menghancurkan amunisi afkir. Proses tersebut berjalan lancar tanpa kendala.
"Dan peledakan di dua sumur ini berjalan dengan sempurna dalam kondisi aman," kata Wahyu.
Namun, nahas terjadi di sumur ketiga. Sumur ini khusus disiapkan untuk menghancurkan detonator sisa dari proses sebelumnya.
"Sedangkan di luar dua sumur ini disiapkan satu lubang yang peruntukannya adalah untuk menghancurkan detonator yang selesai digunakan dalam penghancuran dua sumur sebelumnya, termasuk sisa detonator yang ada berkaitan dengan munisi afkir tersebut," terang Wahyu.
Ledakan mendadak terjadi saat TNI AD masih menyusun detonator di dalam lubang tersebut.
"Saat tim penyusun amunisi menyusun detonator di dalam lubang tersebut secara tiba-tiba terjadi ledakan dari dalam lubang yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia," kata Wahyu. (*)