Menilik Makna Dodol Dawet, Tradisi Jawa yang Unik di Acara Siraman Aaliyah Massaid dan Thariq Halilintar
Penulis: Rafika
Sabtu, 20 Juli 2024 | 479 views
Presisi.co - Aaliyah Massaid dan Thariq Halilintar menggelar acara pengajian dan siraman menjelang pernikahan mereka di Hotel Tentrem Jakarta, Alam Sutera, Tangerang, Sabtu (17/7/2024).
Acara tersebut mengusung adat Jawa yang begitu kental. Salah satunya adalah menghadirkan tradisi dodol dawet yang berarti berjualan dawet. Dawet sendiri adalah minuman tradisional khas Jawa yang terbuat dari tepung beras atau tepung beras ketan, kemudian disajikan dengan santanatau gula merah cair.
Dilihat dari kanal YouTube Thariq yang menyiarkan prosesi siraman, tampak Reza Artamevia dan Mudjie Massaid selaku orangtua dari pihak wanita yang menjalankan tradisi ini.
Reza Artamevia tampil cekatan meracik dawet untuk diberikan kepada para tamu. Sementara Mudjie Massaid menjajakan dawet tersebut.
"Nanti Om Mudjie yang terima uang kreweng-nya, Ibu Reza yang jual dawetnya," kata pembawa acara yang diiyakan oleh paman Aaliyah tersebut.
Mudjie, yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar negeri, tampak sedikit kesulitan mengucapkan bahasa Jawa untuk menjajakan dawet. Untungnya, adik Adjie Massaid itu semakin terbiasa setelah beberapa waktu berlalu.
"Dawet! Dawet! Dawet ayu! Sing dodol ayu! Sing tuku ayu, ganteng! Dawet! Dawet! (Dawet ayu! Yang berjualan cantik, ganteng!)" ucap Mudjie yang awalnya agak kesulitan.
Lantas, apa itu tradisi dodol dawet dan maknanya?
Pada intinya, tradisi ini merupakan pembuatan dan pembagian dodol dan dawet secara simbolis kepada para tamu undangan. Dodol dawet dilakukan orang tua mempelai wanita dengan saling bekerja sama.
Uniknya, ketika ingin membeli dawet, para tamu tidak membayarnya dengan uang. Untuk membeli dawet, para tamu membayarnya menggunakan alat tukar yang bernama kreweng.
Tradisi ini memiliki mencerminkan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, kesederhanaan, keharmonisan, dan harapan akan kehidupan pernikahan yang bahagia dan langgeng.
Tradisi dodol dawet untuk pengantin wanita adalah sebagai simbol cinta kasih orang tua kepada anak. Dalam prosesinya, ibu bertugas menyiapkan dawet sementara ayah yang menjualnya.
Makna dari tradisi ini adalah antara suami dan istri dalam rumah tangga harus terjalin kerja sama yang baik. Tradisi dodol dawet juga dimaksudkan sebagai doa agar pernikahan yang akan digelar ke depannya akan dihadiri banyak tamu seperti dawet yang laris manis terjual.
"Dawet ayu yang rasanya manis dan gurih melambangkan kebahagiaan yang dirasakan keluarga Ibu Reza dan dibagikan kepada Bapak Ibu sekalian," tutur pembawa acara di siraman Aaliyah dan Thariq, menerangkan makna dari dawet yang dijual.