Kisah Perjuangan Dokter Andi Sri Juliarty, Sang Kartini Kesehatan Balikpapan
Penulis: Nur Rizna Feramerina
Rabu, 21 April 2021 | 1.059 views
Balikpapan, Presisi.co - Sudah setahun belakangan ini, nama Andi Sri Juliarty menghiasi media siber di Kota Beriman. Sebagai kepala Dinas Kesehatan Balikpapan, dia mengemban tugas berat menghadapi wabah yang masuk ke kota tercinta sejak Maret 2020 lalu. Dengan jabatan itu pula, melekat tugas barunya sebagai juru bicara Satgas Covid-19 Balikpapan.
Baru menjabat enam bulan sebagai kepala dinas, Juliarty harus berjibaku melawan pandemi. Semakin berat ketika tugas mulia itu selalu diiringi cemooh masyarakat. Meski demikian, Juliarty menyadari memang sudah tugasnya menghadapi situasi seperti ini.
"Kita harus hadapi dunia yang kita cintai," kata Juliarty tersenyum manis.
Ketika SMA, Juliarty pernah bercita-cita menjadi arsitek namun Tuhan menakdirkannya menjadi dokter. Melalui program penelusuran minat dan kemampuan (PMDK), hasil rapornya menunjukkan dia bisa bebas tes untuk Program Studi Kedokteran di Universitas Hasanuddin, Makassar. Sebab nilai rapor biologinya memuaskan.
Mengantongi gelar sarjana, pada 1995 Juliarty menduduki jabatan sebagai dokter PTT Balikpapan. Pada 1998 menjadi Kepala Puskesmas Sidodadi dan pada 2000 menjadi kepala Puskesmas Persalinan Komaba.
Tidak puas hanya bergelar sarjana, pada 2004 Juliarty mendaftar program Magister Manajemen Rumah Sakit di Universitas Gadjah Mada, Jogyakarta. Sebab saat itu dia bekerja sebagai direktur RS Bersalin Sayang Ibu Balikpapan.
Di tengah proses pengambilan data tesis di Balikpapan pada 2006, Juliarty sempat bertahan di Balikpapan untuk membantu mengembangkan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) atas permintaan wali kota Balikpapan saat itu, Imdaad Hamid. Selama setahun di Balikpapan, Jamkesda menjadi UPTD. Saat itu juga Juliarty dimutasi menjadi kasubbag Perencanaan Dinas Kesehatan Balikpapan agar lebih fokus mengelola Jamkesda.
Sibuk mengurus Jamkesda, Juliarty sempat dicari oleh pihak UGM dan sempat dinyatakan sebagai “orang hilang” karena perkuliahannya terbengkalai. Dia sempat berpikir mengganti judul tesis karena tidak lagi bekerja di rumah sakit.
"Tapi orangtua saya mulai marah karena ada panggilan dari UGM untuk selesaikan tesis. Selama proses penyelesaian saya benar-benar diawasi," seloroh Juliarty.
Dalam kurun waktu seminggu, Juliarty berhasil lulus pada 2007. Dia pun dilantik sebagai pimpinan UPTD Jamkesda pada 2009.
Pada 2013, Juliarty sempat menempati posisi kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Balikpapan. Pada 2019 dia diangkat menjadi kepala Dinas Kesehatan Balikpapan.
Seluruh kesuksesan yang dia rengkuh selama ini, berkat doa dan dukungan orang sekitar. Dia menyarankan seluruh perempuan yang bekerja tidak menyia-nyiakan izin dan dukungan dari orang terdekat dalam mengejar karier dan impian.
"Kalau sudah mendapat izin suami atau orangtua untuk keluar rumah dalam arti bekerja, maka manfaatkan dengan baik. Jangan disia-siakan supaya keluarga tidak kecewa," tutupnya. (*)