Penulis: Andi Desky Randy Pranata
Minggu, 10 Mei 2020 | 3.216 views
Berhentilah membuat mereka dan kebodohannya terkenal. Bijak gunakan sosial media. Jangan- jangan kita tak lebih baik dari mereka yang butuh perhatian?
Beberapa bulan terakhir ini kita disuguhkan beberapa konten yang viral di jagat maya. Mulai dari mobil goyang dengan ukuran dada tak masuk akal di Aceh. Prank bantuan isi sampah si Ferdian Paleka. Hingga, penjual es kelapa cantik asal Samarinda.
Ferdian Paleka dan kawan kawan harus diakui suskes mencuri perhatian. Lebih dari sepekan ini, warganet banyak membicarakan Ferdian dengan prank bantuan isi sampah kepada masyarakat, khususnya transpuan.
Hingga Ferdian berhasil diamankan, drama masih terjadi. Beredar video Ferdian dibully di jeruji busi, mendapat "sambutan" dari warga binaan.
Seakan belum cukup hukuman yang diterimanya, sanksi sosial masyarakat, hinaan netizen, hingga pelonco dari warga binaan terus menghujan ke Ferdin dan kawan kawan. Namun tak sedikit yang membelanya untuk mendapat perlakuan yang sewajarnya, dan merasa banyak jenis kejahatan lainnya yang harus mendapat hukuman seganjar.
Apapun itu, memberi bantuan harusnya tak peru disiarkan! Kebaikan dan keburukan tak semestinya kita pertontonkan.
Kemudian, ada juga perempuan asal Aceh yang dengan penampilan fisik yang tak umum. Ada judul di dunia maya 2 wanita vs 6 pria yang kepergok di salah satu mobil dihalaman parkir rumah ibadah. Sejurus kemudian, banyak bermunculan detektif dadakan dihalaman komentar.
Ada yang mengatakan dada perempuan itu berisi balon karena ditemukan beberapa balon di kamarnya. Ada yang menyatakan saat belum dipergok mobil itu goyang. Apapun kebenarannya hal yang mereka lakukan tak berakhlak.
Lalu muncul lah si nona manis asal Samarinda yang menjual es kelapa. Harus diakui, mahasiswi salah satu universitas kenamaan di Kaltim ini memang membuat "segar" para pembelinya. Viral modal cantik lumrah di Indonesia, namun rasanya beberapa hal baik harus kita viralkan juga.
Kerja dari Rumah membuat penulis dan mungkin beberapa dari kalian semakin aktif menggunakan sosial media. Padahal sebelum pandemi ini berlansung saya merencanakan 'detox' media sosial.
Terlepas dari hura hara yang terjadi di dunia maya, kita harusnya lebih selektif untuk memilih apa yang kita lihat. Kalau kata penulis " kamu adalah apa yang kamu lihat dan baca".
Terpenting adalah "Stop Making Stupid People Famous." Ya, berhentilah membuat mereka dengan kebodohannya terkenal. Bijaklah dalam menggunakan sosial media. Jangan- jangan kita tak lebih baik dari mereka yang butuh perhatian ?